NU MEDIA JATI AGUNG

NU MEDIA JATI AGUNG
Logo NU Jatiagung

NU Jatiagung - Situs Resmi

Gus Roif Mansyur dan Kiai Nursalim Pimpin Kepengurusan Baru Jatman pesawaran

Gus Roif Mansyur

Musyawarah Kedua Jatman Pesawaran

PESAWARAN, NU MEDIA JATI AGUNG, – Jatman Pesawaran menggelar Musyawarah ke-2 di Kompleks Pondok Pesantren Ash-Shiddiqiyyah, Desa Bagelen, Kecamatan Gedong Tataan, pada Selasa (26/8/2025). Oleh karena itu, peserta musyawarah secara bulat memilih Gus Roif Mansyur sebagai Mudir dan Kiai M Nursalim Yunus sebagai Rais Syu’biyyah Kabupaten Pesawaran untuk masa khidmah 2025–2029.

Selain itu, para peserta mengikuti forum dengan penuh kekhidmatan. Mereka juga mengusung tema besar “Mensyiarkan Thoriqoh, Melahirkan Peradaban” yang sekaligus menggambarkan tekad Jatman Pesawaran untuk memperkuat ajaran thariqah dan memperkokoh peran keagamaan di tengah masyarakat.

Sementara itu, Ketua PCNU Pesawaran, KH Ahmad Ulinnuha, langsung menyampaikan ucapan selamat kepada kedua tokoh tersebut.

“Kami meyakini kolaborasi antara Gus Roif dan Kiai Nursalim akan membawa Jatman Pesawaran semakin maju,” ujarnya.

Jatman sebagai Banom NU

Lebih lanjut, KH Ahmad Ulinnuha menegaskan bahwa Jatman berperan sebagai salah satu badan otonom (Banom) NU yang mengurusi bidang thariqah. Selain itu, ia menjelaskan bahwa periode kepengurusan 2018–2023 sudah berakhir sehingga organisasi membutuhkan regenerasi.

Kemudian, ia menambahkan bahwa Idaroh Wustho Provinsi Lampung memberi arahan untuk mempercepat pembentukan kepengurusan baru. Oleh sebab itu, ia menilai langkah ini penting agar Jatman Pesawaran semakin terarah dan mampu menjalankan program secara berkelanjutan.

Selanjutnya, ia menggarisbawahi fungsi musyawarah sebagai ajang evaluasi kinerja sebelumnya sekaligus sarana silaturahmi antarpengurus. Dengan demikian, seluruh peserta dapat menyatukan pandangan untuk mengembangkan organisasi di masa depan.

Organisasi Ibarat Bayi

Meskipun demikian, KH Ahmad Ulinnuha juga menilai Jatman Pesawaran masih tergolong muda. Oleh karena itu, ia mengibaratkan organisasi tersebut sebagai bayi yang baru lahir.

“Dengan kepengurusan baru ini, kita siap menghidupkan dan membesarkan bayi tersebut,” tegasnya.

Selanjutnya, ia menekankan pentingnya tindak lanjut berupa penyelesaian administrasi dan pengajuan surat keputusan (SK).

“Setelah pemilihan rais dan mudir beserta mustasyar, kita wajib menyerahkan kepengurusan Idaroh Syu’biyyah sekaligus melengkapi persyaratan administrasi untuk mengajukan SK,” jelasnya.

Dengan demikian, seluruh proses itu akan memperkuat legalitas kelembagaan Jatman Pesawaran.

Pandangan Rais Jatman Pesawaran

Sementara itu, Rais Jatman Pesawaran, Kiai Nursalim Yunus, menyampaikan pandangan mendalam tentang thariqah. Ia kemudian menyamakan thariqah dengan ruh yang menghidupkan jasad.

“NU tanpa thariqah bagaikan jasad tak bernyawa. Bayangkan jika kita memiliki jasad tanpa ruh,” tuturnya.

Selain itu, ia menegaskan bahwa thariqah bukan sekadar amalan spiritual. Oleh karena itu, ia menilai thariqah juga membentuk landasan moral yang mempererat ikatan batin antara ulama, santri, dan masyarakat.

Kehadiran Tokoh dan Banom NU

Pada saat yang sama, sejumlah tokoh penting hadir dalam musyawarah tersebut. Mereka antara lain Rais Idaroh Wustho Provinsi Lampung KH Saifuddin Zuhri, Katib Idaroh KH Abdul Adib, dan Rais Syuriyah PCNU Pesawaran KH Agus Mahfudz.

Selain itu, jajaran MWCNU se-Kabupaten Pesawaran turut mengikuti acara. Bahkan, berbagai badan otonom dan lembaga NU, seperti Muslimat, Fatayat, Ansor, Banser, IPNU, IPPNU, ISNU, dan LAZISNU, juga hadir. Kehadiran mereka sekaligus memperlihatkan dukungan luas terhadap kepemimpinan baru Jatman Pesawaran.

Harapan Masa Depan Jatman Pesawaran

Oleh sebab itu, banyak pihak berharap kepemimpinan baru ini mampu memperluas kiprah Jatman Pesawaran. Dengan basis pesantren dan dukungan NU, organisasi ini dituntut melahirkan program keagamaan yang bermanfaat langsung bagi masyarakat.

Kemudian, Musyawarah ke-2 Jatman Pesawaran juga menandai momentum penting untuk memperkuat tradisi thariqah. Tradisi tersebut diyakini mampu menjaga spiritualitas umat di tengah arus modernisasi yang semakin deras.

Akhirnya, dengan semangat itu, Gus Roif Mansyur dan Kiai Nursalim Yunus menyatakan kesiapannya memimpin. Mereka berkomitmen menghidupkan nilai thariqah sebagai jalan memperkokoh peradaban Islam di Lampung.