NU MEDIA JATI AGUNG

NU MEDIA JATI AGUNG
Logo NU Jatiagung

NU Jatiagung - Situs Resmi

Tokoh KH Muhammad Djunaidi Ayahanda Mahbub Djunaidi

KH Muhammad Djunaidi

Siapa yang tidak kenal dengan Mahbub Djunaidi? Tokoh NU, Ketua Umum PMII periode pertama, penulis, dan kolumnis ternama. Sejumlah predikat itu membuat banyak orang tetap mengenang namanya, meski ia wafat 25 tahun silam.

Di balik kesuksesan Mahbub, ayahandanya, KH Muhammad Djunaidi, tampil sebagai tokoh Betawi yang berjuang dalam wadah Nahdlatul Ulama (NU). Sosoknya memberi teladan dan membentuk karakter kuat bagi putranya.

Riwayat awal kehidupan

NU MEDIA JATI AGUNG, – KH Muhammad Djunaidi lahir pada 2 Februari 1906 di Kwitang, Jakarta. Ia tumbuh di lingkungan religius bersama para ulama besar, termasuk Habib Ali Kwitang. Ia menempuh pendidikan awal di Madrasah Jamiat Kheir, sekolah Islam modern pertama di Betawi.

Karier dan perjuangan

Djunaidi memulai karier sebagai penghulu sebelum bergabung dengan Shumubu pada masa pendudukan Jepang. Setelah Indonesia merdeka, ia menjabat panitera pengganti di Mahkamah Islam Tinggi. Ketika Agresi Militer Belanda berlangsung, pemerintah memindahkan MIT ke Surakarta, lalu Djunaidi memimpin Bagian B (Hukum) Kementerian Agama, yang kemudian berkembang menjadi Biro Peradilan Agama.

Kehidupan keluarga

Djunaidi menikah dengan Hj. Muhsinati dan dikaruniai enam anak. Setelah itu, ia menikah dengan Hj. Nurmalih dan memiliki lima anak, termasuk Fadlan Djunaidi. Putra sulungnya, Mahbub, menempuh pendidikan di SDN Kauman dan Madrasah Mamba’ul Ulum, Solo.

Kiprah di NU dan politik

Setelah perang usai, Djunaidi membawa keluarganya kembali ke Jakarta. Ia aktif di Konsul NU Jakarta bersama KH Zainul Arifin. Pada Pemilu 1955, rakyat memilihnya menjadi anggota DPR RI dari Partai NU mewakili Djakarta Raya. Djunaidi wafat pada 28 Oktober 1958, lalu keluarga memakamkannya di TPU Karet, Tanah Abang.

Warisan dakwah

Selain berpolitik, KH Djunaidi mewakafkan langgar di depan rumahnya di Kebon Kacang (kini menjadi masjid) dan aktif mengajar di Masjid Al-Ma’mun Tanah Abang. Teladan dan perjuangannya tetap dikenang hingga kini.