Ulama Besar Dunia Islam Abad ke-20
NU MEDIA JATI AGUNG, – Pada 21 Juli 1990, dunia Islam kehilangan sosok ulama terbaiknya, Syekh Muhammad Yasin bin Isa al-Fadani al-Makki, yang lebih dikenal dengan sebutan Syekh Yasin Padang. Ulama besar ini menguasai bidang hadits dan sanad dengan sangat mendalam.
Para ulama dunia Islam menjuluki Syekh Yasin sebagai musnid al-dunya, karena beliau memegang mata rantai sanad keilmuan yang lengkap dan luhur. Hampir semua ulama Muslim yang berkarier setelah paruh kedua abad ke-20 menyambungkan sanad dan jalur periwayatan mereka kepada Syekh Yasin.
Kepakaran dalam Ilmu Sanad dan Karya Tulis
Syekh Yasin menulis lebih dari 90 karya dalam berbagai disiplin keilmuan Islam, mulai dari tafsir, hadits, fikih, ushul fikih, musthalah al-hadits, logika, hingga tata bahasa Arab.
Dominasi dalam Ilmu Isnad
Di antara semua karyanya, karya tentang ilmu isnad (sanad) menjadi yang paling dominan. Melalui karya tersebut, Syekh Yasin menegaskan posisinya sebagai rujukan penting bagi para ulama dunia.
Murid-Murid yang Menjadi Ulama Besar
Murid-murid Syekh Yasin tersebar luas di dunia Islam. Dari Maroko, Mesir, Suriah, Lebanon, Sudan, Saudi Arabia, Irak, Turki, India, hingga Nusantara.
Jejak di Nusantara
Di Nusantara, murid beliau menjadi ulama besar yang tersebar di Thailand Selatan, Malaysia, Singapura, dan Indonesia. Keilmuan Syekh Yasin menyebar melalui jalur sanad yang terus hidup dari generasi ke generasi.
Julukan dari Ulama Besar Dunia
Atas kebesaran ilmunya, al-Habib Saqqaf bin Muhammad al-Saqqaf dari Tarim, Hadhramaut, menjuluki beliau sebagai Suyuthi Zamanihi atau “Imam Suyuthi pada zamannya”. Julukan ini menunjukkan kedalaman ilmu dan keluasan pengaruh Syekh Yasin di dunia Islam.
Latar Belakang dan Asal Usul
Syekh Yasin Padang lahir di Makkah pada 1917 M (1335 H) dari keluarga asal Nusantara, tepatnya Padang, Sumatera Barat. Ayahnya, Syekh Isa Padang, memilih menetap di Makkah hingga akhir hayat. Syekh Yasin tumbuh besar di kota suci tersebut dan menjadi warga negara setempat hingga wafatnya.
Nubuwat Kealiman Sejak Usia Belia
Kealiman Syekh Yasin sudah diprediksi sejak usia kecil oleh para ulama besar Makkah.
Ijazah dari Syekh Mukhtar Bogor
Ketika berusia 13 tahun (1348 H), Syekh Mukhtar bin ‘Atharid al-Jawi al-Makki (Syekh Mukhtar Bogor) memberikan seluruh sanad keilmuannya kepada Syekh Yasin, meski saat itu beliau belum lulus sekolah. Ijazah tersebut diberikan pada akhir bulan Dzulhijjah 1348 H (April 1930).
Tiga bulan setelah itu, Syekh Mukhtar Bogor wafat pada 13 Juli 1930 (17 Safar 1349 H). Pemberian ijazah tersebut menjadi sanad keilmuan tertua yang diterima Syekh Yasin.
Peninggalan Sanad Tertua
Ijazah dari Syekh Mukhtar Bogor masih tercatat dalam kitab karya murid Syekh Yasin asal Mesir, Syekh Mahmûd Sa’id Mamdûh, berjudul Tasynif al-Asma’. Dokumen itu menjadi bukti awal nubuwat kealiman Syekh Yasin Padang sejak masih belia.