Lampung Selatan, NU Media Jati Agung – Pendidikan Dasar Pendidikan Kader Penggerak Nahdlatul Ulama (PD-PKPNU) Angkatan ke-33 MWCNU Tanjung Sari resmi berakhir pada Ahad (21/9/2025).
Kegiatan yang berlangsung di MTs Ma’arif NU Desa Wawasan itu meluluskan 81 kader baru NU. Dengan demikian, jumlah kader penggerak NU di kecamatan Tanjung Sari kini mencapai 180 orang. Sebelumnya total peserta PD-PKPNU ke 33 Tanjung Sari ada 74 orang namun pada sore hari sebelum pelaksanaan peserta bertambah 7 orang.
Rekrutmen Panjang dan Penuh Perjuangan
Ketua Pelaksana PD-PKPNU sekaligus Sekretaris MWCNU Tanjung Sari, Ustadz Supri, menyampaikan rasa syukur atas keberhasilan kegiatan tersebut. Ia menilai dukungan semua elemen Nahdliyin menjadi faktor utama kelancaran acara.
“Alhamdulillah seperti yang kita harapkan, seluruh kader yang ada di Tanjung Sari bahu membahu mendukung kegiatan, yang menjadi kewajiban MWCNU Tanjung Sari,” ujar Ustadz Supri.
Selain itu, pihaknya menekankan bahwa proses rekrutmen peserta berlangsung panjang. Ia menjelaskan bahwa upaya memberikan sosialisasi, edukasi, serta pemahaman tentang pentingnya menjadi kader penggerak membutuhkan kerja sama lintas komponen.
“Memang untuk rekrutmen peserta ini kan butuh proses, bagaimana kita memberikan sosialisasi kemudian memberikan pemahaman menjadi kader penggerak. Jadi memang membutuhkan proses yang cukup panjang, dan itu bisa kita lakukan dengan kerjasama semua lini, ibu-ibu Muslimat, seluruh komponen, sehingga penyelenggaraan kegiatan tersebut aman,” paparnya.
Dengan demikian, kaderisasi yang digelar tidak hanya sekadar acara seremonial. Sebaliknya, kegiatan ini mencerminkan upaya serius membangun kesadaran kader di tingkat desa.
Dua Kepala Desa Ikut Kaderisasi
Lebih lanjut, Ustadz Supri mengungkapkan bahwa dua dari 81 peserta yang lulus merupakan kepala desa. Menurutnya, keterlibatan pemimpin desa menjadi energi baru bagi gerakan NU di Tanjung Sari.
“Intinya kami bersyukur, keikutsertaan mereka ini akan menjadi energi tambahan karena tentunya semua komponen seharusnya terlibat ya. Jadi dalam hal ini kami bersyukur sekali lah, kedua orang ini. Mudah-mudahan ini membuka jalan kepala desa-kepala desa yang lain ikut serta. Sehingga bisa memuluskan agenda-agenda kegiatan yang dilakukan oleh MWCNU Tanjung Sari,” ungkapnya.
Oleh karena itu, MWCNU Tanjung Sari menaruh harapan besar agar lebih banyak kepala desa terlibat pada angkatan berikutnya.
Hal ini diharapkan dapat memperkuat sinergi antara struktur pemerintah desa dengan gerakan NU di akar rumput.
Total 180 Kader Penggerak di Tanjung Sari
Dengan kelulusan 81 kader baru, jumlah kader penggerak NU di Kecamatan Tanjung Sari kini mencapai sekitar 180 orang. Angka ini merupakan akumulasi dari angkatan pertama hingga angkatan ke-33.
“Alhamdulillah dari 81 orang itu lulus. Tanjung Sari hari ini memiliki kader 180-an orang dari angkatan pertama sampai angkatan ke-33 ini,” kata dia.
Oleh karena itu, MWCNU Tanjung Sari menilai capaian tersebut sangat penting. Jumlah kader yang terus bertambah diyakini mampu memperkuat jaringan penggerak NU di tingkat kecamatan hingga desa.
Pesan Penting untuk Kader Baru
Di akhir kegiatan, Ustadz Supri menyampaikan pesan khusus kepada para kader baru dan menegaskan bahwa setiap kader harus setia pada ikrar yang mereka ucapkan saat mengikuti pendidikan dasar.
“Saya berharap sesuai dengan janji yang pernah diikrarkan masing-masing kader, berkomitmen untuk melaksanakan janji tersebut. Jadi bagaimana dirinya itu secara pribadi memberikan dampak manfaat kepada masyarakat di sekitar, terutama dalam komitmen meneguhkan ajaran Aswaja dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang utama,” tegasnya.

Selain itu, ia mengingatkan bahwa kader penggerak harus menjadi teladan. Mereka wajib hadir di tengah masyarakat dan memberikan solusi nyata, bukan sekadar menjadi simbol organisasi.
Kaderisasi Sebagai Pilar Gerakan NU
PD-PKPNU ke-33 di Tanjung Sari melahirkan kader baru sekaligus memperkuat basis gerakan Nahdlatul Ulama di tingkat lokal. Proses rekrutmen panjang dan pendidikan yang sistematis menegaskan bahwa kaderisasi menjadi pilar utama keberlangsungan organisasi.
Di sisi lain, NU berhasil melibatkan dua kepala desa, menunjukkan kemampuan gerakannya merangkul semua elemen masyarakat. Kegiatan ini tidak hanya mencetak kader, tetapi juga memperkuat hubungan antara organisasi keagamaan dan struktur pemerintahan desa.
Selanjutnya, 180 kader di Tanjung Sari diharapkan menjadi motor penggerak berbagai agenda sosial, keagamaan, dan kebangsaan. Dengan keberadaan mereka, NU di tingkat kecamatan menempati posisi strategis untuk membangun kesadaran warga sekaligus memperkuat komitmen kebangsaan.
Dengan demikian, PD-PKPNU ke-33 menjadi momentum penting bagi regenerasi kader penggerak, bukan sekadar agenda rutin.
Ustad Supri berpesan agar para kader meneguhkan ikrar dan berkomitmen mengabdi pada masyarakat, serta menjadi pengingat bagi semua pihak bahwa perjuangan NU selalu hadir dalam kehidupan nyata. (ARIF)