NU MEDIA JATI AGUNG

🗓️ 22, Agustus 2025   |   ✍️ Arif Riana

Aksi Damai Mahasiswa Poltekkes Tanjung Karang

Bandar Lampung, NU Media Jati Agung Sejumlah mahasiswa Poltekkes Tanjung Karang menyatakan penolakan tegas terhadap LGBT. Penolakan itu diwujudkan melalui aksi damai yang digelar di Bundaran Hajimena, Lampung Selatan, pada Kamis (21/8/2025).

Aksi ini menjadi bentuk komitmen mahasiswa Poltekkes Tanjung Karang dalam menjaga moral generasi muda serta menegaskan sikap mereka terhadap fenomena LGBT.

Pernyataan Presiden Mahasiswa Poltekkes Tanjung Karang

Dalam aksi tersebut, Presiden Mahasiswa Poltekkes Tanjung Karang, Ryanda, menegaskan bahwa LGBT adalah ancaman bagi moral bangsa.

“LGBT ini adalah musuh kita bersama karena bisa merusak moral generasi anak muda sekarang dan yang akan datang,” ujar Ryanda.

Menurutnya, generasi muda sebagai penerus bangsa harus dijaga agar tidak terpengaruh oleh budaya yang bertentangan dengan nilai moral dan budaya Indonesia.

Seruan kepada Pemerintah

Selain menyampaikan penolakan, Ryanda juga menyoroti pentingnya peran pemerintah dalam menyikapi fenomena LGBT di Indonesia.

“Saya mendorong pemerintah untuk bertindak cepat dan responsif agar persoalan ini tidak membesar. Persoalan LGBT ini adalah tanggung jawab kita bersama guna melindungi generasi muda. Jangan sampai karena kurang perhatian kita bersama maka akan hancur generasi kita ini,” tegasnya.

Menurut Ryanda, langkah nyata dari pemerintah sangat diperlukan, baik melalui regulasi, pengawasan, maupun program pencegahan yang melibatkan masyarakat luas.

Ajakan untuk Mahasiswa se-Lampung

Ryanda juga menyerukan kepada mahasiswa di seluruh provinsi Lampung agar bersatu menyikapi persoalan LGBT dengan langkah-langkah nyata.

“Saya mengajak mahasiswa se-provinsi Lampung untuk bersatu dan mengambil peran nyata dalam menyikapi isu LGBT,” ujarnya.

Menurutnya, mahasiswa tidak hanya perlu bersikap tegas menolak, tetapi juga berperan aktif dalam memberikan edukasi kepada masyarakat.

Edukasi dan Pencegahan

Dalam kesempatan tersebut, Ryanda juga menekankan pentingnya langkah preventif yang dapat dilakukan melalui kegiatan edukasi.

“Kami mendorong penguatan langkah preventif dan edukatif melalui seminar, diskusi publik, serta pendekatan psikososial. Dengan begitu, mahasiswa dapat memahami nilai-nilai moral dan budaya Indonesia yang beradab secara utuh,” ungkapnya.

Ia menilai, pendidikan moral dan sosialisasi yang masif akan menjadi benteng utama dalam menghadapi tantangan fenomena LGBT.

Konteks Sosial Penolakan LGBT

Mahasiswa Poltekkes Tanjung Karang menolak LGBT bukan hanya sebagai aksi seremonial, tetapi sebagai wujud kepedulian terhadap generasi bangsa. Mereka menjadikan aksi itu sebagai refleksi keresahan atas maraknya isu LGBT yang ramai diperbincangkan di ruang publik maupun media sosial.

Sebagai bagian dari civitas akademika, mahasiswa menilai fenomena LGBT tidak hanya menyentuh ranah pribadi, tetapi juga berpotensi mengubah struktur sosial dan budaya masyarakat. Karena itu, mereka mendorong langkah preventif untuk memperkuat ketahanan moral bangsa.

Harapan Ke Depan

Mahasiswa menggelar aksi damai untuk mengajak masyarakat, pemerintah, dan seluruh elemen bangsa menjaga nilai moral serta budaya Indonesia. Mahasiswa Poltekkes Tanjung Karang berkomitmen melakukan sosialisasi, edukasi, dan aksi nyata agar generasi muda Indonesia tetap menjaga jati diri.