NU MEDIA JATI AGUNG

NU MEDIA JATI AGUNG
Logo NU Jatiagung

NU Jatiagung - Situs Resmi

Kiai Abdul Mannan Wakil Klaten di Muktamar NU 1935

Kiai Abdul Mannan Klaten

Kiprah Kiai Abdul Mannan di Muktamar NU

NU MEDIA JATI AGUNG, – Kiai Abdul Mannan beberapa kali mewakili NU Cabang Klaten dalam perhelatan Muktamar NU. Berdasarkan laporan resmi, ia hadir di Muktamar NU Kota Surakarta tahun 1935 dan di Surabaya tahun 1940.

Buku Poeteosan Congres Nahdlatoel ‘Oelama’ ke-10 di Solo, Surakarta pada 13–19 April 1935 mencatat 516 peserta hadir, terdiri dari 140 ulama, 176 utusan tanfidziyah, dan 200 tamu pengiring. Beberapa tokoh besar yang hadir yaitu KH Hasyim Asy’ari, KH Wahab Hasbullah, KH Bisri Syansuri, KH Abbas Cirebon, KH Asnawi Kudus, KH Ridlwan Semarang, KH Zuhdi Pekalongan, dan KH Ma’shum Lasem.

Dalam sesi laporan, NU Klaten menugaskan Kiai Abdul Mannan sebagai juru bicara. Ia memaparkan perkembangan NU Klaten tahun 1935 yang sudah memiliki 300 anggota, 3 kring, 1 madrasah dengan 100 murid, 20 mubalighin, dan 10 mubalighat. Ia juga menjelaskan kegiatan rutin seperti Nasihin tiap malam Selasa dan Nasihat khusus perempuan setiap Jumat siang. Selain itu, NU Klaten mampu menghimpun ianah syahriah yang cukup hingga menyetorkannya ke HBNO.

Lima tahun kemudian, penyelenggara Muktamar ke-15 di Surabaya tahun 1940 kembali mencatat nama Kiai Abdul Mannan sebagai Syuriah NU Klaten. Ia hadir bersama Atmosoedarso dari unsur Tanfidziyah.

Keturunan Singa Waspada

Untuk menelusuri riwayat hidup Kiai Abdul Mannan, penulis mendatangi keluarga di Pengkol, Kaligawe, Pedan, Klaten. Bambang Riyadi, cucu Kiai Abdul Mannan, menjelaskan bahwa kakeknya memiliki nama kecil Amir dan merupakan adik dari Kiai Abu ‘Ammar, pengasuh Pesantren Jamsaren Solo.

Keduanya lahir sebagai putra dari Kiai Abdul Ghoni bin Kiai Maulani bin Kiai Muqoyyad bin Kiai Muqdi bin Kiai Fatuhudin (Gumantar Juwiring) bin Kiai Dipokerti (Ponorogo, dekat dengan Kiai Besari).

Kiai Muqoyyad, kakek buyut mereka, memimpin pasukan Pangeran Diponegoro sebagai panglima bergelar Singa Waspada. Ia menggunakan senjata pusaka bernama Kiai “Royyan” dan berjuang bersama Kiai Imam Rozi (Singa Manjat). Dalam perjuangannya, ia gugur di Juwiring.

Perjalanan Menuntut Ilmu

Sejak muda, Abdul Mannan belajar agama dari ayahnya dan nyantri di Pesantren Tempursari Klaten asuhan Kiai Zaid. Ia kemudian melanjutkan ke Pesantren Jamsaren Solo bersama kakaknya dan mengaji kepada Kiai Idris.

Ia juga menimba ilmu di Pesantren Tebuireng bersama Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari serta Pesantren Kadirejo Karanganom asuhan Kiai Ahmad. Di sela belajarnya di Jamsaren, ia menjaga perpustakaan Madrasah Mambaul Ulum.

Setelah menyelesaikan pengembaraan ilmunya, ia kembali ke Pengkol dan melanjutkan dakwah ayahnya. Di musholla peninggalan kakeknya sejak 1800-an, ia mengajar masyarakat hingga ke wilayah Batur Ceper. Ia juga menjabat sebagai pengulu Kecamatan Pedan.

Saya pernah ikut pengajian Simbah (Kiai Abdul Mannan), waktu itu lampunya masih pakai sentir, suguhannya jajanan karak dan wedang gula jawa,” kenang Bambang Riyadi.

Peran di NU dan Perjuangan Kemerdekaan

Selain aktif sebagai pengajar, Kiai Abdul Mannan memiliki peran penting dalam NU Klaten. Ia menjadi utusan Muktamar NU 1935 dan 1940. Catatan menunjukkan bahwa Klaten menjadi salah satu cabang perintis bersama Surakarta dan Boyolali di lingkup eks-Karesidenan Surakarta.

Pada Muktamar 1939 di Magelang, namanya tidak tercatat, namun tahun 1940 ia kembali hadir di Surabaya sebagai Syuriah NU Klaten. Kisah lain menyebutkan, ia pernah berangkat menghadiri Muktamar NU di Malang dengan bersepeda dari Klaten.

Saya diceritani Ibu saya, Simbah dulu pernah berangkat ke Muktamar NU di Malang, ngonthel,” ujar Bambang.

Semangat perjuangan dari leluhurnya, Kiai Muqoyyad, juga melekat. Di masa perang kemerdekaan, ia ikut membantu Hizbullah, Sabilillah, dan Barisan Kiai. Rumahnya menjadi tempat perlindungan bagi para pejuang.

Akhir Hayat

Pasca perjuangan, Kiai Abdul Mannan tetap aktif sebagai pegawai KUA dan guru ngaji. Ia wafat pada tahun 1972 di usia 83 tahun dan dimakamkan di kompleks pemakaman barat Masjid Al-Ikhlas.

Lahu al-Fatihah.