NU MEDIA JATI AGUNG

NU MEDIA JATI AGUNG
Logo NU Jatiagung

NU Jatiagung - Situs Resmi

Kang Ayip Sosok Kiai Egaliter yang Dekat dengan Semua Kalangan

Egaliter

KH Ayip Abbas, atau akrab disapa Kang Ayip, meninggalkan teladan besar lewat sikap egaliter yang ia tunjukkan sepanjang hidupnya. Tujuh hari setelah kepulangannya, masyarakat masih mengenang cara beliau bergaul tanpa sekat dengan siapa pun. Dari presiden hingga pengamen, dari politisi hingga pedagang kecil, semua merasa dihargai dan diterima apa adanya. Sikap sederhana ini membuat orang lebih akrab menyapanya dengan panggilan Kang Ayip atau Mang Ayip, bukan kiai.

Warisan Sikap Egaliter Kang Ayip

NU MEDIA JATI AGUNG, – Kang Ayip menunjukkan sikap egaliter tidak hanya dalam interaksi sehari-hari, tetapi juga dalam caranya menolak perlakuan istimewa. Ia selalu meminta orang lain memperlakukannya setara dengan semua kalangan, tanpa batasan status sosial maupun jabatan.

Ketika orang datang kepadanya dengan penuh hormat, ia sering merespons dengan ramah sambil menurunkan jarak. Ia ingin lawan bicara merasa nyaman dan tidak segan-segan menyampaikan persoalan hidup. Banyak orang kemudian menganggap Kang Ayip sebagai sahabat, bukan hanya tokoh agama.

Kehidupan Sehari-hari di PBNU

Kang Ayip sering hadir di Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jalan Kramat Raya 164, Jakarta. Ia biasa duduk sambil ngopi di lantai satu dekat Bank Sampah Nusantara (BSN). Di lorong itu, beliau menghabiskan waktu berbincang hingga larut malam. Bahkan, Kang Ayip kerap beristirahat di tempat penuh sampah daur ulang yang semestinya tidak layak untuk seorang tokoh besar.

Bang Anto, pengurus Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) PBNU, menceritakan hal itu dengan suara tercekat saat istighatsah rutin dan tahlil untuk Kang Ayip. Ia mengaku tidak sanggup melanjutkan kenangan karena terharu dengan kesederhanaan yang ditunjukkan sosok Dewan Khos PP Pagar Nusa tersebut.

Menolak Jabatan Demi Rakyat

Kesederhanaan Kang Ayip juga tampak dari sikapnya yang menolak berbagai tawaran jabatan penting. Ia memilih tetap berada di tengah masyarakat kecil agar bisa terus menemani mereka. Bagi Kang Ayip, melayani dengan sepenuh hati jauh lebih bermakna daripada duduk di kursi kekuasaan.

Meski pernah menimba ilmu di Darul Ulum Nadwatul Ulama, Lucknow, India, Kang Ayip tidak membatasi diri dari rakyat biasa. Justru ia mendekat dan hidup bersama mereka tanpa jarak.

Dekat dengan Geng Motor XTC

Masyarakat Cirebon dulu sempat geram dengan kelompok XTC karena ulah anggotanya di jalanan. Namun, Kang Ayip memilih masuk ke dalam lingkaran mereka untuk membimbing dengan cara yang halus. Ia berhasil mengubah aksi ugal-ugalan di jalanan menjadi kegiatan sosial seperti santunan anak yatim. Biasanya, kegiatan itu diawali dengan shalawatan bersama, sesuatu yang sangat digemari Kang Ayip.

Ketua XTC Kota Cirebon, Jaka Permana, mengaku Kang Ayip tidak pernah memaksanya. “Kalau sama Kang Ayip, ya terserah kita aja maunya gimana,” ujarnya. Meski diberi kebebasan, perubahan muncul dengan sendirinya. Jaka dan ratusan anggotanya pun rutin mengikuti shalawatan di kediaman Kang Ayip di Kuningan, Jawa Barat. Bahkan, pada 27 Januari 2018, keberangkatan mereka pernah dilepas langsung oleh Wali Kota Cirebon, Nasruddin Azis.

Gemar Shalawat dan Zikir

Selain dekat dengan masyarakat kecil, Kang Ayip juga dikenal sebagai penggemar shalawat. Ia membentuk berbagai majelis shalawat di banyak tempat dan rutin berkeliling setiap pekan untuk mengajak umat bershalawat. Menurutnya, shalawat sangat penting karena kelak hanya syafaat Nabi Muhammad saw yang dapat menolong manusia di akhirat.

Kegemaran berzikir itu sudah ia lakukan sejak muda. KH Yumni Al-Hilal, keponakan sekaligus rekan semasa belajar di India, menuturkan bahwa Kang Ayip kerap menghabiskan waktu untuk berzikir dan bertaqarrub kepada Allah. Ia bahkan merasakan nikmat ruhani luar biasa saat berzikir, yang menurutnya tak pernah ia temui di kesempatan lain.

Motivator untuk Mahasiswa

Kang Ayip tidak hanya mengayomi masyarakat luas, tetapi juga dekat dengan mahasiswa. Ia selalu mendorong anak muda agar berani melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Tidak hanya sekadar mendorong, Kang Ayip siap membantu mencari jalan, termasuk menghubungkan dengan relasi agar mahasiswa bisa mendapat beasiswa. Dukungan ini membuat banyak anak muda termotivasi untuk menuntut ilmu lebih jauh.

Sikap yang Membuat Orang Segan

Perubahan yang terjadi pada banyak orang di sekeliling Kang Ayip lahir bukan dari paksaan, melainkan dari ketulusan sikapnya. Jaka Permana menegaskan, “Kang Ayip itu tidak memaksa kita untuk ini, untuk itu. Kang Ayip juga jarang membahas masalah agama dan lainnya. Tapi karena sikapnya ini, kami jadi nyaman.”

Dengan pendekatan sederhana itu, banyak orang merasa segan jika melanggar ajaran agama. Kang Ayip percaya bahwa orang dewasa mampu bertanggung jawab atas perbuatannya. Ia membiarkan mereka menjalani pilihan hidupnya sambil terus menuntun dengan contoh yang nyata. Sikap egaliter dan penuh kasih sayang itu menjadi warisan terbesar yang ia tinggalkan bagi masyarakat.