Jerman semakin populer sebagai tujuan anak muda dari berbagai negara, termasuk Amerika dan Indonesia. Banyak yang memilih negara ini karena biaya kuliah murah, sistem kesehatan terjamin, hingga aturan cuti kerja yang ramah pekerja. Berlin khususnya menjadi kota favorit karena menyediakan kehidupan yang teratur, terjangkau, dan penuh peluang.
Pendidikan Tinggi Terjangkau Hampir Gratis
JAKARTA, NU MEDIA JATI AGUNG, – Jerman menawarkan keunggulan besar dalam pendidikan tinggi. Universitas negeri di negara ini tidak membebankan biaya kuliah untuk mahasiswa, baik lokal maupun internasional. Mahasiswa hanya membayar biaya administrasi sekitar €100–€300 per semester atau setara Rp2–6 juta. Biaya itu biasanya sudah termasuk tiket transportasi umum sehingga sangat membantu pengeluaran mahasiswa.
Selain itu, banyak mahasiswa merasa lega karena mereka tidak harus berutang besar seperti di Amerika Serikat. Di sana, biaya kuliah mencapai ratusan juta rupiah per tahun. Oleh karena itu, Jerman menjadi alternatif populer bagi mahasiswa internasional yang mencari pendidikan berkualitas dengan harga terjangkau.
Namun, ada pengecualian tertentu. Negara bagian Baden-Württemberg dan Bayern masih menerapkan biaya kuliah bagi mahasiswa non-Uni Eropa. Tarifnya sekitar €1.500 per semester atau setara Rp29 juta. Di sisi lain, universitas swasta dan beberapa program master khusus juga tetap memberlakukan biaya tambahan. Meskipun begitu, secara umum biaya kuliah di Jerman tetap lebih rendah dibandingkan negara maju lainnya.
Selanjutnya, universitas di Jerman juga membuka akses luas bagi mahasiswa asing. Banyak program ditawarkan dalam bahasa Inggris sehingga semakin banyak anak muda yang berani mencoba. Dengan demikian, kesempatan berkarier internasional semakin terbuka lebar bagi lulusan universitas di negara ini.
Asuransi Kesehatan Wajib dan Terjangkau
Selain pendidikan, sistem kesehatan di Jerman juga menarik perhatian. Pemerintah mewajibkan setiap penduduk memiliki asuransi kesehatan. Warga dapat memilih antara asuransi publik atau swasta. Mayoritas penduduk memilih asuransi publik karena cakupannya luas, transparan, dan relatif aman.
Mahasiswa di bawah 30 tahun memperoleh tarif khusus sekitar €140 per bulan atau setara Rp2,7 juta. Tarif itu sudah menjamin perlindungan menyeluruh selama masa studi. Pekerja reguler membayar iuran bersama pemberi kerja, dengan potongan sekitar 19% dari gaji kotor. Sementara itu, pekerja mandiri atau wiraswasta harus menanggung penuh iuran sekitar €230–€1.200 per bulan atau Rp4,5–23,5 juta.
Asuransi swasta memang sering menawarkan premi lebih rendah. Namun, banyak perusahaan asuransi swasta membatasi layanan untuk kondisi medis tertentu. Akibatnya, penduduk yang sudah masuk sistem swasta kesulitan kembali ke sistem publik. Karena itu, banyak penduduk tetap memilih asuransi publik meskipun biayanya sedikit lebih tinggi.
Dengan sistem ini, penduduk merasa aman karena tahu biaya kesehatan selalu terjamin. Di sisi lain, mahasiswa internasional juga merasakan manfaat karena mereka dapat belajar dengan tenang tanpa khawatir biaya rumah sakit yang mahal.
Hak Cuti Panjang Menjadi Daya Tarik
Jerman juga memberikan hak cuti yang jelas bagi setiap pekerja. Pegawai penuh waktu berhak mendapat cuti tahunan minimal 20 hari. Selain itu, pemerintah menetapkan 10–13 hari libur nasional berbayar. Jumlahnya berbeda di tiap negara bagian. Banyak perusahaan bahkan menambah jatah cuti melebihi aturan minimum.
Sebaliknya, Amerika Serikat tidak memiliki aturan nasional tentang cuti berbayar. Akibatnya, banyak pekerja di sana harus bekerja tanpa jaminan libur panjang. Kondisi tersebut mendorong banyak profesional memilih bekerja di Jerman karena aturan lebih ramah bagi keseimbangan hidup dan pekerjaan.
Jika dibandingkan Indonesia, aturan cuti di Jerman juga terlihat menarik. Di Indonesia, pekerja mendapat cuti tahunan 12 hari setelah masa kerja satu tahun penuh. Selain itu, pemerintah menetapkan 16–17 hari libur nasional berbayar. Meski jumlah hari libur nasional Indonesia lebih banyak, cuti tahunan panjang di Jerman memberi fleksibilitas lebih besar bagi pekerja.
Dengan demikian, banyak ekspatriat menganggap sistem cuti Jerman sebagai salah satu keuntungan terbesar. Mereka dapat menikmati perjalanan, berkumpul dengan keluarga, atau sekadar beristirahat tanpa merasa bersalah meninggalkan pekerjaan.
Gaya Hidup Teratur dan Menarik
Selain tiga faktor utama, gaya hidup di Jerman juga mendukung kualitas hidup. Pemerintah mengatur jam kerja dengan ketat, sehingga pekerja tidak merasa tertekan. Transportasi umum yang efisien membuat mobilitas sehari-hari lancar. Sementara itu, biaya hidup relatif lebih terjangkau dibandingkan kota besar di Amerika atau Inggris.
Banyak mahasiswa asing mengaku dapat hidup layak dengan anggaran sekitar €850 per bulan atau Rp16,5 juta. Anggaran tersebut sudah mencakup biaya sewa, makan, transportasi, serta kebutuhan lain. Dengan perencanaan yang baik, mahasiswa bisa menabung sambil tetap menikmati hiburan.
Selain itu, suasana multikultural di Berlin membuat mahasiswa dan pekerja merasa diterima. Kota ini menampung komunitas internasional yang sangat beragam. Oleh karena itu, mereka dapat belajar mengenal budaya lain sekaligus memperluas jaringan pertemanan.
Jerman berhasil menarik minat anak muda dari berbagai negara melalui kombinasi biaya kuliah terjangkau, asuransi kesehatan wajib yang jelas, serta hak cuti panjang. Negara ini memberikan sistem yang mendukung kesejahteraan penduduk dan pendatang. Akibatnya, banyak mahasiswa maupun pekerja asing memilih Jerman sebagai tujuan hidup dan karier.
Dengan demikian, Jerman tidak hanya menawarkan pendidikan murah. Negara ini juga memastikan warganya memiliki perlindungan kesehatan dan waktu istirahat memadai. Pada akhirnya, semua faktor itu menjadikan Jerman destinasi ideal untuk belajar, bekerja, sekaligus menikmati hidup.