NU MEDIA JATI AGUNG

🗓️ 23, Juli 2025   |   ✍️ Arif Riana

Panggung Kaligrafi, Apresiasi dari Gus Yahya

Jakarta, NU Media Jati AgungKetua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya memberikan apresiasi kepada para seniman kaligrafi asal Indonesia yang menorehkan prestasi pada ajang Kaligrafi Internasional ke-13 yang digelar oleh IRCICA.

“Selamat kepada seluruh para pemenang,” ujar Gus Yahya dalam acara Penganugerahan dan Apresiasi di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Senin (21/7/2025).

Bagi PBNU, ajang ini bukan sekadar seremoni. Kehormatan sebagai tuan rumah menunjukkan bahwa kontribusi Indonesia, khususnya kalangan Nahdliyin, semakin diperhitungkan dalam ranah seni Islam global.

“Terima kasih telah memberikan kesempatan memfasilitasi kegiatan ini. Ini juga perayaan karena pemenangnya adalah orang Indonesia,” lanjutnya.

Dalam kesempatan yang sama, Gus Yahya menyampaikan rasa terima kasih atas kehadiran Prof Mahmud Kilic di Indonesia dan di PBNU. Kilic secara khusus diundang untuk menyampaikan materi pada Akademisi Kepemimpinan Nasional (AKN NU).

“Terima kasih Prof Mahmud Kilic atas kemurahannya menyampaikan pengetahuan dan pengalaman panjangnya dalam diplomasi kepada pimpinan NU,” ujar Gus Yahya.

Foto Dok Ponpes Attanwir: Juara 1 ajang Kaligrafi Internasional ke-13 yang digelar oleh IRCICA. 

Gus Yahya juga menyebut Kilic sebagai salah satu pengurus forum agama dunia R20 yang digagas oleh PBNU. Ia lalu menyampaikan dukungan kepada Menteri Kebudayaan Fadli Zon dalam menjalankan program-program kebudayaan nasional.

“Kami sangat siap untuk berkontribusi pada agenda apa pun dari Kementerian Kebudayaan. Harapannya, manfaatnya bisa dirasakan masyarakat luas, dan NU bisa terus berkontribusi secara internasional,” tandasnya.

Fadli Zon pun menyambut baik penyelenggaraan kompetisi ini. Ia mengaku terkejut karena ada sepuluh pemenang dari Indonesia, padahal sebelumnya hanya tiga.

“Saya ingat bertemu Prof Kilic di Istanbul. Dia menyebut 3 pemenang Indonesia. Sekarang 10. Ada loncatan besar. Ini sesuatu yang surprise,” ujarnya.

Menurut Fadli, sistem penilaian kompetisi kaligrafi ini berlangsung objektif. Para juri tidak mengetahui asal negara maupun identitas pembuat karya.

Prof Mahmud Erol Kilic dari IRCICA menjelaskan, kompetisi ini digelar setiap tiga tahun sekali dan sudah berjalan selama 40 tahun. Kali ini didedikasikan untuk maestro kaligrafi Syekh Abdul Aziz Rifa’i.

“Saya terima kasih kepada NU untuk memfasilitasi pertemuan ini,” ujarnya.

Berikut daftar 10 pemenang asal Indonesia:

1. Afang Utama, Blitar, Jawa Tengah – Juara 1 Diwani Jali

2. Mufid Fauzan, Sukabumi, Jawa Barat – Juara 3 Diwani Jali

3. Bukhari Ibnu Athoillah, Tuban, Jawa Timur – Juara 3 Diwani

4. Rahadhyan Wisena Yusuf, Magelang, Jawa Timur – Harapan Diwan

5. Yusuf Elang Samudera, Ponorogo, Jawa Timur – Harapan Diwani

6. Huda Purnawadi, Pati, Jawa Tengah – Harapan Tsuluts Jali

7. Mumsika Mumsika, Pati, Jawa Tengah – Harapan Kufi

8. Muhammad Hilal, Depok, Jawa Barat – Harapan Diwani Jali

9. Achmad Jalaludin, Surabaya, Jawa Timur – Harapan Diwani Jali

10. Faldil Aj Pujiarsa, Nagan Raya, Aceh – Harapan Tsuluts Jali

Dari pena indah para juara, Indonesia tidak hanya membubuhkan tinta emas di atas kertas kaligrafi, tapi juga menorehkan citra kebudayaan Islam yang kuat, halus, dan mendunia. (Redaksi)