NU MEDIA JATI AGUNG

NU MEDIA JATI AGUNG
Logo NU Jatiagung

NU Jatiagung - Situs Resmi

Biografi KH Hasan Bisri Syafi’i, Tokoh NU Karawang Pendiri Pesantren Attarbiyyah

KH Hasan Bisri Syafi’i

Bagi warga NU Karawang, KH Hasan Bisri Syafi’i adalah sosok kiai kharismatik yang mengabdikan hidupnya untuk umat, NU, dan bangsa. Kisah perjuangannya meninggalkan jejak besar di bidang dakwah, pendidikan, hingga politik.

Tokoh NU Karawang

NU MEDIA JATI AGUNG, – KH Hasan Bisri Syafi’i bukanlah nama asing bagi masyarakat Karawang. Beliau dikenal sebagai pemimpin NU dari daerah yang pernah dijuluki lumbung beras nasional. Meskipun telah wafat, anak cucunya tetap melanjutkan pengabdian kepada masyarakat dan NU, menegakkan Islam Ahlussunnah wal Jamaah.

Garis Keturunan

KH Hasan Bisri Syafi’i lahir pada 12 Desember 1947 di Kampung Poponcol, Desa Ciwulan, Kecamatan Telagasari, Karawang, Jawa Barat. Ia merupakan putra bungsu pasangan KH Syafi’i dan Hj Aminah. Dari ayahnya, beliau mewarisi garis ulama asal Kuningan, sedangkan dari ibunya, beliau keturunan Pangeran Jayakarta, bangsawan asal Jakarta.

Masa Kecil dan Pendidikan

Seminggu setelah lahir, tentara Belanda membombardir kampungnya. Ibunya membawanya ke pengungsian. Sejak kecil, Hasan belajar Al-Qur’an langsung dari ayahnya yang mendirikan majelis taklim At-Tarbiyyah. Ia hanya menempuh pendidikan formal hingga kelas 5 Sekolah Rakyat. Selanjutnya, ia mondok di berbagai pesantren: Cikuya, Cipasung, Pandeglang, dan Buntet.

Pernikahan dan Keluarga

Pada 1969, ketika masih nyantri di Cipasung, ayahnya menikahkan Hasan dengan Lilis Mardliyyah, putri seorang pengusaha beras. Setelah akad nikah, ia kembali ke pesantren karena tradisi kawin gantung. Dari pernikahan itu lahir enam anak yang kemudian banyak melanjutkan perjuangan ayahnya di NU, pesantren, dan politik.

Dedikasi dan Perjuangan

Tahun 1970, Hasan mukim di Jatiragas untuk mengelola pabrik beras milik mertuanya. Namun jiwa santri tetap membuatnya aktif di Ansor dan PPP. Rumahnya sempat diserang massa Orde Baru akibat aktivitas politik. Atas saran ayahnya, ia kembali ke kampung asal untuk mengembangkan madrasah dan majelis taklim bersama keluarganya.

Di kampung, ia aktif mengajar, berceramah, dan semakin berkhidmah untuk NU. Tahun 1982, ia dipercaya menjadi Wakil Sekretaris PCNU Karawang, lalu Sekretaris. Ia berkeliling dengan sepeda motor tua untuk membagikan undangan, membentuk MWC dan ranting NU, bahkan membiayai sendiri aktivitas organisasi.

Peran Politik dan NU

Saat reformasi membuka ruang demokrasi, Hasan ikut mendirikan PKB di Karawang dan terpilih sebagai ketua. Ia kemudian menjadi anggota DPRD Karawang hasil Pemilu 1999. Meski berpolitik, kecintaannya kepada NU tidak surut. Tahun 2003, Konfercab Cikampek memilihnya menjadi Ketua PCNU Karawang selama dua periode.

Mendirikan Pesantren dan Sekolah

Tahun 1985, bersama keluarga, Hasan mendirikan Pondok Pesantren Attarbiyyah yang kemudian berkembang menjadi yayasan. Ia juga mendirikan SMP Islam Attarbiyyah (2001) dan SMK NU Attarbiyyah (2014).

Akhir Hayat

Pada 2011, istrinya Hj Lilis Mardliyyah wafat. Sejak itu kesehatan KH Hasan menurun, meski ia tetap aktif mengajar. Darah perjuangan NU ia wariskan kepada putra-putrinya. Ahmad Ruhyat Hasby melanjutkan kepemimpinan pesantren Attarbiyyah dan PCNU Karawang. Sementara Ahmad Zamakhsyari berkiprah di politik hingga menjadi Wakil Bupati Karawang.

Pada Ahad subuh, 26 Februari 2017, KH Hasan Bisri Syafi’i wafat. Masyarakat mengenangnya sebagai ulama NU Karawang yang mengabdikan hidup untuk agama, NU, dan bangsa.