
Aktor Penculikan dan pembunuhan
JAKARTA, NU MEDIA JATI AGUNG, – Polda Metro Jaya menangkap Dwi Hartono pada Sabtu malam, 23 Agustus 2025, di Solo, Jawa Tengah. Sementara itu, publik langsung gempar karena polisi menjeratnya sebagai tersangka penculikan dan pembunuhan Mohamad Ilham Pradipta, Kepala Cabang Bank Jakarta. Oleh karena itu, masyarakat yang selama ini mengenalnya sebagai pengusaha, motivator, dan dermawan merasa sangat terkejut.
Latar Belakang Dwi Hartono di Jambi
Warga Rimbo Bujang, Kabupaten Tebo, mengenal Dwi sebagai sosok murah hati. Selain itu, mereka menilai ia rajin membantu kegiatan sosial. Kemudian, ia juga membangun citra positif melalui bisnis bimbel online sekaligus kiprahnya sebagai motivator.
Seorang warga bernama Jay Saragih merasa kaget ketika mendengar kabar tersebut. “Dia dulu sekolah di sini sampai SMA, bahkan sering hadir dalam reuni,” ujar Jay, Selasa (26/8/2025). Setelah itu, Jay menambahkan bahwa Dwi sering mengundang artis ibu kota dalam reuni. Bahkan, ia pernah menghadirkan Ustaz Zacky untuk pengajian akbar.
“Yang kami kenal, dia rendah hati, suka membantu, dan rajin memberi sumbangan,” jelas Jay. Oleh sebab itu, banyak warga masih sulit mempercayai tuduhan polisi.
Selain itu, Dwi juga pernah menyumbangkan ambulans untuk desa. Kemudian, ia sempat menarik perhatian karena datang dengan helikopter. “Orang-orang di sini tahu dia kaya karena pernah pulang naik helikopter,” kata Jay lagi.
Meski begitu, Dwi tetap menjaga hubungan dengan warga setelah ia merantau ke Jawa. Bahkan, ia rutin mengirim dana untuk kegiatan kepemudaan dan acara sosial. Akibatnya, banyak warga semakin bingung dengan keterlibatannya dalam kasus ini.
Penangkapan dan Peran dalam Kasus
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam Indradi menegaskan bahwa Dwi tidak sekadar pengusaha. Sebaliknya, ia justru berperan sebagai aktor intelektual penculikan. “DH seorang pengusaha bimbel online, tetapi ia juga menjadi salah satu dalang penculikan,” jelas Ade Ary.
Tim Subdit Jatanras Polda Metro Jaya menangkap Dwi bersama dua tersangka lain, YJ dan AJ. Kemudian, pada 24 Agustus sore, polisi juga menangkap tersangka C di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.
Sementara itu, sehari sebelumnya, pada 21 Agustus, polisi sudah menangkap empat tersangka lain: Eras, AT, RS, dan RAH. Tim menangkap Eras di Bandara Internasional Komodo, Labuan Bajo, NTT. Setelah itu, polisi juga menangkap tiga rekannya di Jalan Johar III, Jakarta Pusat.
Rangkaian Aksi Penculikan
Polisi memaparkan bahwa Eras bersama tiga rekannya bertugas sebagai eksekutor. Mereka menculik korban di parkiran supermarket Pasar Rebo, Jakarta Timur, pada Rabu, 20 Agustus. Setelah berhasil membawa korban, para eksekutor menyerahkannya kepada seseorang berinisial F di kawasan Cawang.
Kuasa hukum Eras, Adrianus Agau, menegaskan bahwa kliennya hanya menjalankan perintah. “Eras, AT, RS, dan RAH mengikuti instruksi dari F untuk menculik korban, lalu mereka menyerahkannya di Cawang,” ucap Adrianus.
Namun demikian, dari hasil pengembangan, polisi menyimpulkan bahwa Dwi ikut berperan dalam tahap perencanaan. Akibatnya, kasus ini semakin terlihat sebagai kejahatan terorganisir dengan banyak pihak terlibat.
Dampak Kasus dan Reaksi Masyarakat
Penangkapan Dwi menimbulkan pro dan kontra di Jambi. Di satu sisi, warga sulit percaya karena pengalaman mereka melihat Dwi sering membantu masyarakat. Di sisi lain, sebagian warga mulai menilai ulang sosoknya setelah mendengar bukti polisi.
Kasus ini juga menyoroti sisi gelap figur publik. Karena itu, masyarakat menyadari bahwa tidak semua motivator atau pengusaha dermawan benar-benar bersih. Dengan demikian, mereka semakin berhati-hati dalam menilai seseorang hanya dari penampilan luar.
Selain itu, kasus ini mengganggu rasa aman di sektor perbankan. Pasalnya, penculikan terhadap seorang kepala cabang bank menimbulkan kekhawatiran baru. Oleh karena itu, pihak perbankan mulai memperketat keamanan pejabatnya.
Penyelidikan Masih Berlanjut
Polda Metro Jaya berjanji mengusut kasus ini sampai tuntas. Untuk itu, tim penyidik terus menelusuri motif utama, membedah peran setiap tersangka, dan memburu pihak lain.
Polisi juga menaruh perhatian besar pada sosok berinisial F yang memerintahkan eksekutor. Karena itu, mereka menilai identitas F sebagai kunci untuk membuka seluruh tabir kasus ini.
Kasus Dwi Hartono akhirnya menjadi peringatan bagi masyarakat. Pada akhirnya, publik sadar bahwa sosok publik yang terlihat dermawan tidak selalu bersih dari kejahatan. Oleh karena itu, polisi mengingatkan agar masyarakat tidak menilai seseorang hanya dari citra luar.
Berita Terpopuler
- Wagub Lampung Jihan Nurlela Tinjau Pasar Murah Muslimat NU di Natar
- PPRQ Metro Gelar Harlah ke-24 Teguhkan Komitmen Santri
- Curanmor Teror Jati Agung: Enam Motor Hilang, CCTV Tak Efektif
- KH Bisri Syansuri (3-Habis): Bahtsul Masail Sampai Tua, Kewafatan, dan Kesaksian Tokoh
- Rohana Kudus, Jurnalis Bergelar Pahlawan Nasional, Pejuang Kesetaraan Perempuan