
DEMAK, NU MEDIA JATI AGUNG, — Kisah penuh pelajaran moral datang dari Demak, Jawa Tengah. Seorang guru Madrasah Diniyah (Madin), Ahmad Zuhdi, menunjukkan sikap bijak yang menyentuh banyak pihak. Ia dengan tegas menolak pengembalian uang damai sebesar Rp 12,5 juta yang sebelumnya diberikan oleh wali murid berinisial SM (37). Keputusan Zuhdi bukan tanpa alasan, semuanya didasari keikhlasan dan niat tulus sebagai pendidik.
Peristiwa ini terjadi saat SM bersama anaknya, siswa berinisial D, mendatangi rumah Zuhdi yang berada di Desa Cangkring B, Kecamatan Karanganyar, Demak, pada Sabtu (19/7/2025) sore. Mereka datang secara baik-baik dengan maksud menyampaikan permohonan maaf sekaligus ingin mengembalikan sejumlah uang yang sempat diberikan sebelumnya.
“Saya ikhlas, apa yang keluar sudah,” ujar Zuhdi di kediamannya.
Pernyataan sederhana namun sarat makna tersebut disampaikan Zuhdi di hadapan keluarga besar SM dan masyarakat yang ikut menyaksikan pertemuan tersebut.
Guru Ikhlas Lahir Batin, Tak Menyimpan Dendam
Dalam keterangannya, Ahmad Zuhdi menjelaskan bahwa ia sudah lebih dulu memaafkan kejadian yang sempat menjadi perbincangan hangat itu, bahkan sebelum pihak keluarga murid menyatakan permintaan maaf. Sikap Zuhdi memperlihatkan bagaimana seorang guru tak hanya mengajar ilmu, tetapi juga memberikan keteladanan nyata dalam kehidupan.
Untuk menghindari salah paham, Ahmad Zuhdi meminta Kepala Desa Cangkring B, Zamharir, mewakili dirinya menyampaikan pernyataan resmi keluarga.
“Pada dasarnya, uang Rp 12,5 juta yang sudah telanjur diberikan diikhlaskan, ikhlas lahir batin, jadi tidak untuk dikembalikan. Tanpa meminta maaf, Pak Zuhdi sudah memberikan maaf,” tegas Zamharir.
Sikap Zuhdi disaksikan warga setempat yang turut hadir dalam pertemuan tersebut. Zamharir juga mengingatkan kepada keluarga murid agar tidak menyebarkan cerita negatif tentang guru madrasah yang telah ikhlas memaafkan.
Keluarga Murid Mengakui Kesalahan dan Mengembalikan Uang
Di hadapan Zuhdi, keluarga murid juga menunjukkan sikap terbuka. SM yang hadir bersama anaknya memilih untuk diam, namun keinginan baik keluarga disampaikan oleh Sutopo, paman dari D.
“Bu SM meminta maaf kepada Bapak Zuhdi, kalau ada langkah salah, perkataan salah, ya ke depannya biar untuk istilahnya kebaikan, pembelajaran ke depannya,” kata Sutopo.
Tak hanya meminta maaf, pihak keluarga juga membawa uang Rp 12,5 juta yang sebelumnya telah diberikan kepada Zuhdi sebagai bentuk perdamaian, dengan niat untuk mengembalikannya.
“Kita dari wakil keluarga saya minta maaf, ini sekadar kemarin telah terima uang Rp 12,5 juta, ini uangnya dikembalikan ke Pak Zuhdi lagi,” ungkap Sutopo.
Namun sikap Zuhdi tetap konsisten. Dengan penuh keteguhan hati ia menolak pengembalian uang tersebut dan mengikhlaskannya secara utuh, lahir maupun batin.
Pertemuan berlangsung penuh kehangatan. Setelah pernyataan maaf dan penolakan pengembalian uang, pertemuan ditutup dengan salaman antara D, murid yang terlibat dalam peristiwa itu, serta SM kepada Ahmad Zuhdi. Suasana haru menyelimuti warga sekitar yang menyaksikan langsung momentum rekonsiliasi itu.
Kisah ini menjadi bukti bagaimana seorang pendidik tidak hanya mendidik dengan kata, tetapi juga dengan sikap nyata di tengah masyarakat.
Berita Terpopuler
- Wagub Lampung Jihan Nurlela Tinjau Pasar Murah Muslimat NU di Natar
- PPRQ Metro Gelar Harlah ke-24 Teguhkan Komitmen Santri
- Curanmor Teror Jati Agung: Enam Motor Hilang, CCTV Tak Efektif
- KH Bisri Syansuri (3-Habis): Bahtsul Masail Sampai Tua, Kewafatan, dan Kesaksian Tokoh
- Rohana Kudus, Jurnalis Bergelar Pahlawan Nasional, Pejuang Kesetaraan Perempuan