
Pengantar Program Jurnalistik PCINU Taiwan
TAIWAN, NU.MEDIA JATI AGUNG, – PCINU Taiwan resmi menggelar Sekolah Jurnalistik secara daring melalui Zoom Meeting. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kapasitas kader Nahdlatul Ulama di bidang literasi dan komunikasi publik. Selain itu, dengan mengusung semangat literasi, sebanyak 95 peserta dari berbagai badan otonom (banom) dan lembaga di bawah naungan PCINU Taiwan turut hadir.
Kemudian, panitia merancang program ini dalam empat sesi pertemuan setiap Jumat malam, yakni pada 11, 18, dan 25 Juli serta 1 Agustus 2025. Selanjutnya, seluruh rangkaian kegiatan menghadirkan narasumber utama, Jurnalis NU Online, Kendi Setiawan.
Tujuan dan Harapan Kegiatan
Peran Penting Jurnalistik dalam Organisasi
Ketua PCINU Taiwan, Ustadz Muhammad Ghofur, menegaskan pentingnya pelatihan jurnalistik sebagai bagian dari penguatan media internal organisasi. Ia menjelaskan,
“Pembekalan dasar jurnalistik kami anggap sangat penting, mengingat saat ini PCINU Taiwan beserta sejumlah banom dan lembaga sudah memiliki platform media dan website sendiri,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia menambahkan,
“Untuk mengisi ruang informasi tersebut secara berkelanjutan dan berkualitas, tentu kami perlu menyelenggarakan pelatihan dan pendampingan yang tepat.”
Oleh karena itu, Ustadz Ghofur berharap narasumber mampu mentransfer pengetahuan serta pengalaman profesionalnya kepada peserta, sehingga mereka bisa mengelola konten media dengan baik.
Membentuk Penulis Berkualitas
Melalui program ini, PCINU Taiwan menargetkan lahirnya kader penulis yang aktif, konsisten, serta mampu menghadirkan perspektif dakwah dan kemanusiaan dari tanah rantau. Dengan demikian, mereka berharap setiap tulisan yang peserta hasilkan tidak hanya mengabarkan informasi, tetapi juga memberi inspirasi bagi masyarakat luas.
Materi dan Pembekalan Jurnalistik
Dasar-Dasar Jurnalistik
Pada pertemuan perdana, Kendi Setiawan menyampaikan materi mengenai dasar-dasar jurnalistik. Ia menguraikan jenis tulisan seperti berita, opini, feature, dan investigasi. Selain itu, ia menjelaskan struktur penulisan dengan metode 5W+1H serta piramida terbalik.
Kendi juga menekankan perbedaan antara hard news dan soft news. Menurutnya, para peserta bisa melatih kemampuan menulis dengan menuliskan pengalaman pribadi maupun peristiwa sehari-hari. Ia menegaskan,
“Menulis berita bukan sekadar mengabarkan, tapi juga mencatat jejak pengalaman,” kata dia.
Latihan Menulis dan Tugas Peserta
Untuk membiasakan diri, Kendi mengajak peserta menulis berita dari setiap kegiatan yang mereka ikuti. Selain itu, ia juga menyarankan mereka membuat catatan harian sebagai latihan konsistensi. Kemudian, sebagai bagian dari pelatihan, panitia mewajibkan peserta mengunggah hasil tulisannya ke Google Drive maksimal lima hari setelah menerima tautan tugas.
Latihan ini pada akhirnya melatih kedisiplinan, ketepatan waktu, serta kemampuan mengolah informasi secara cepat dan akurat.
Teknik Wawancara
Pada pertemuan kedua, Kendi memberikan materi mengenai teknik wawancara. Menurutnya, kemampuan bertanya menjadi modal penting untuk menggali bahan berita. Ia berpesan,
“Teman-teman yang mungkin pernah diledek teman lainnya dengan ucapan, nanya melulu kayak wartawan, nah manfaatkan bakat itu dalam mengembangkan dunia jurnalistik.”
Selain itu, ia menambahkan bahwa seorang jurnalis yang baik perlu memiliki rasa ingin tahu tinggi, kemampuan menulis jelas dan lugas, kejujuran, integritas, daya tahan terhadap tekanan, serta kepekaan sosial.
Relevansi Jurnalistik bagi Kader NU
Menulis Sebagai Dakwah
Kendi memberikan contoh pengalaman program Dai Go Global LD PBNU pada bulan Ramadhan. Saat itu, para pendakwah menuliskan laporan perjalanan dan pengalaman mereka dalam bentuk tulisan. Ia menyarankan,
“Teman-teman bisa membaca tulisan para ustadz saat bertugas dakwah di bulan Ramadhan dan mencoba gaya penulisan semacam itu selain menulis berita-berita kegiatan yang kalian ikuti,” kata Kendi.
Motivasi untuk Terus Menulis
Ia juga berpesan agar peserta terus berlatih menulis. Bahkan, ia mendorong mereka mengirimkan karya ke berbagai media NU. Akibatnya, peluang besar terbuka, sebab PCINU Taiwan kini sudah memiliki media online sendiri.
Dengan demikian, setiap kader bisa menyalurkan gagasan serta kontribusi nyata melalui tulisan sekaligus menemukan ruang aktualisasi.
Signifikansi Sekolah Jurnalistik bagi Diaspora NU
Kehadiran Sekolah Jurnalistik PCINU Taiwan menegaskan bahwa literasi bukan sekadar keterampilan, melainkan kebutuhan. Selain itu, dalam konteks diaspora, para kader NU di Taiwan menghadapi tantangan ganda: menjaga identitas keagamaan sekaligus berperan aktif dalam ruang informasi global.
Program ini membekali mereka dengan keterampilan jurnalistik yang relevan untuk menghadapi tantangan zaman. Pada akhirnya, dengan hadirnya kader penulis di tanah rantau, PCINU Taiwan terus menghidupkan narasi dakwah, sosial, dan kemanusiaan dalam berbagai platform digital.
Berita Terpopuler
- Wagub Lampung Jihan Nurlela Tinjau Pasar Murah Muslimat NU di Natar
- PPRQ Metro Gelar Harlah ke-24 Teguhkan Komitmen Santri
- Curanmor Teror Jati Agung: Enam Motor Hilang, CCTV Tak Efektif
- Rohana Kudus, Jurnalis Bergelar Pahlawan Nasional, Pejuang Kesetaraan Perempuan
- KH Bisri Syansuri (3-Habis): Bahtsul Masail Sampai Tua, Kewafatan, dan Kesaksian Tokoh