
Kehadiran Prabowo Subianto di China
Beijing, NU Media Jati Agung– Kehadiran Prabowo Subianto ke China dalam undangan khusus Presiden Xi Jinping memunculkan banyak makna diplomatik.
Presiden memilih hadir pada peringatan 80 tahun Hari Kemenangan di Beijing, meski kondisi nasional baru saja pulih dari kerusuhan. Keputusan ini menegaskan posisi Indonesia dalam diplomasi global.
Undangan Diplomatik Langka
Menteri Sekretaris Negara menjelaskan undangan dari Beijing bukan undangan biasa, melainkan permintaan langsung dari Presiden Xi Jinping. Hal ini menjadi sebuah kehormatan diplomatik yang jarang terjadi.
Pertimbangan Domestik Sebelum Berangkat
Sebelum ke Beijing, Presiden Prabowo menunda keberangkatan untuk meredam kerusuhan, membuka komunikasi lintas agama, serta memastikan aspirasi masyarakat tersalurkan. Langkah ini menunjukkan respons adaptif pemerintah menghadapi dinamika sosial.
Diplomasi dan Stabilitas Nasional
Dukungan Masyarakat
Prabowo lebih dulu berdialog dengan demonstran damai, menengok korban, dan menjaga komunikasi politik. Tokoh lintas agama mengangkat isu strategis seperti reformasi pajak, pemberantasan korupsi, dan RUU perampasan aset.
Solidaritas Warga
Di berbagai daerah, warga, aparat, dan komunitas ojek online membangun keamanan bersama. Fenomena ini menunjukkan legitimasi negara tetap terjaga. Aksi damai komunitas seperti Jakmania dan ojol menjadi bukti masyarakat masih percaya pada institusi negara.
Dampak Ekonomi dan Kepercayaan Pasar
Kerusuhan sering kali memicu gejolak pasar. Namun, di Indonesia, indeks saham yang sempat turun kembali pulih keesokan harinya. Survei Nomura menegaskan bahwa pelaku pasar yakin kondisi terburuk sudah berakhir.
Investor Global Tetap Percaya
BlackRock bahkan menambah kepemilikan obligasi Indonesia. Navin Saigal dari BlackRock menegaskan, “berita utama baru-baru ini, secara inheren, tidak membuat kami mengubah posisi apa pun di Indonesia.”
Sinyal Diplomasi Global
Simbol diplomatik juga terlihat saat Prabowo duduk sejajar dengan Xi Jinping dan Vladimir Putin di parade militer. Posisi tersebut bukan sekadar tata tempat, melainkan pengakuan global terhadap Indonesia.
Privilege Pertemuan Bilateral
Lebih jauh, hanya Presiden Indonesia yang mendapat pertemuan bilateral khusus dengan Xi Jinping. Menurut teori two-level game, keputusan ini mengirim pesan ganda: Indonesia menjaga stabilitas di dalam negeri sekaligus tampil sebagai aktor penting di dunia.
Legitimasi Domestik dan Global
Di dalam negeri, publik menyaksikan aspirasi rakyat diakomodasi. Di luar negeri, Indonesia tampil setara, dihormati, dan dipercaya. Dua panggung ini saling memperkuat legitimasi.
Refleksi Stabilitas
Pengalaman ini membuktikan legitimasi domestik memberi dasar bagi pengakuan global. Sebaliknya, pengakuan global memperkuat rasa percaya diri nasional.
Seperti dikemukakan Huntington (1968), stabilitas adalah fungsi adaptasi negara. Putnam (1988) menegaskan diplomasi adalah permainan dua level. Indonesia hari ini menunjukkan keduanya bisa berjalan beriringan.
Berita Terpopuler
- Wagub Lampung Jihan Nurlela Tinjau Pasar Murah Muslimat NU di Natar
- PPRQ Metro Gelar Harlah ke-24 Teguhkan Komitmen Santri
- Curanmor Teror Jati Agung: Enam Motor Hilang, CCTV Tak Efektif
- Rohana Kudus, Jurnalis Bergelar Pahlawan Nasional, Pejuang Kesetaraan Perempuan
- KH Bisri Syansuri (3-Habis): Bahtsul Masail Sampai Tua, Kewafatan, dan Kesaksian Tokoh