NU Jati Agung

🗓️ Juni 16, 2025   |   ✍️ arif

Ribuan Muslimat NU Padati Ponpes Al Huda

Lampung Selatan, NU Media Jati Agung –Pengajian rutin triwulan PAC Muslimat NU Kecamatan Jati Agung digelar pada Minggu (15/6/2025) di Pondok Pesantren Al Huda, Jati Agung, Lampung Selatan, yang diasuh oleh Romo Kyai Ahmad Habib.

Meski rintik hujan sempat menyambut di awal acara, semangat ibu-ibu Muslimat NU tak goyah. Mereka tetap hadir dengan antusias, menjadikan pengajian ini sebagai ruang spiritual sekaligus perekat sosial.

Kegiatan dimulai pukul 14.00 WIB dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, Subbanul Wathon, Mars Muslimat NU, dan pembacaan sholawat Nabi. Jamaah hadir lebih dari 1.000 orang, memenuhi area pesantren dengan balutan hijau khas Muslimat NU.

Foto ARF: KH. Komarunizar, S.Ag., M.Pd.I saat isi Tausyiah di pengajian rutinan PAC Muslimat NU Jati Agung, pada Minggu (15/6/2025)
  • Hadirkan Tokoh NU, Pemerintah, dan Masyarakat

Pengajian kali ini dihadiri tokoh-tokoh penting, di antaranya:

Ustadzah Hj. Niswatin, Ketua PC Muslimat NU Lampung Selatan

Kyai Komarunizar, S.Ag., M.Pd.I, PWNU Lampung (penceramah)

Nyai Fenty Anggraini, S.Ag, Ketua LKKNU Provinsi Lampung.

Kyai Wahono Rahman Wakil Katib MWCNU, Kyai Anshori, Ketua Tanfidziyah MWCNU Jati Agung Ustadzah Hj. Aida, Hj. Umi Hayati, Umi Mulyani

Camat Jati Agung, Koramil, kepala desa, serta jajaran MWC NU, PAC, dan ranting Muslimat NU se-Kecamatan Jati Agung.

Dalam sambutannya, Ustadzah Hj. Niswatin menyampaikan pentingnya menjaga kekompakan organisasi dan semangat mengikuti majelis ilmu agar hidup semakin berkah.

  • Tausiyah Sejuk: Islam Penuh Cinta dan Kasih Sayang

Tausiyah utama disampaikan oleh Kyai Komarunizar, yang menekankan pentingnya menjadikan majelis ilmu sebagai ruang kedamaian. Beliau mengutip hadist Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari-Muslim:

“Ketika suatu jamaah berkumpul untuk mengingat Allah, maka mereka dikelilingi malaikat, dicurahi rahmat, dan Allah memuji mereka di hadapan para malaikat-Nya.”

Foto ARF: KH. Komarunizar saat memberikan Dorprize kepada salah satu Muslimat yang beruntung 

Menurutnya, forum dakwah harus menjauh dari ujaran kebencian. Dakwah seharusnya menjadi ladang cinta, bukan ajang mencela.

“Kalau isi dakwah diwarnai caci maki, maka kita telah mencederai fungsi mulia majelis ilmu. Islam itu rahmat untuk semua makhluk,” ujarnya.

  • Interaksi Jamaah dan Doorprize Edukatif

Suasana ceramah semakin hidup ketika Kyai Komarunizar menyelingi tausiyahnya dengan sesi interaktif berhadiah doorprize. Jamaah yang berhasil menjawab pertanyaan seputar keislaman dan tradisi NU langsung diberi hadiah.

Gelak tawa dan tepuk tangan meriah menyambut momen itu, menjadikan pengajian bukan hanya bermuatan ilmu, tapi juga kegembiraan bersama.

  • Apresiasi PW Muslimat NU Provinsi Lampung

Ketua PW Muslimat NU Provinsi Lampung, Ustadzah Fita Nadia, turut mengapresiasi semangat Muslimat NU di tingkat PAC dan ranting. Ia menyebut kegiatan seperti ini adalah bentuk nyata pergerakan Muslimat NU dalam memperkuat mental spiritual umat dan menjadi pelopor pemberdayaan perempuan di tengah masyarakat.

“Dari bawah sampai atas, gerakan Muslimat NU sangat nyata dan berdampak. Ini adalah bagian dari kontribusi menuju Indonesia Emas 2045,” tegasnya.

  • Rangkaian Pengajian Diakhiri dengan Kebersamaan

Pengajian ditutup dengan pembagian doorprize utama yang menambah keceriaan suasana. Jamaah pulang dengan wajah bahagia dan hati yang tercerahkan. Semangat ukhuwah, cinta ilmu, dan keberkahan terasa menyelimuti seluruh rangkaian acara.

Meski rintik hujan sempat turun di awal pengajian, tak sedikit pun menyurutkan semangat para ibu Muslimat NU untuk hadir.

Foto ARF: Jajaran Pengurus Muslimat NU 

Langkah mereka yang mantap menuju majelis ilmu adalah cerminan tekad yang tak mudah goyah demi menjemput berkah.

Pengajian triwulan ini bukan sekadar rutinitas, melainkan ruang suci tempat batin disegarkan dan ukhuwah diperkuat.

Keceriaan doorprize dan kehangatan ceramah menjadi bukti bahwa Islam bisa hadir dengan sejuk, lembut, dan menggembirakan.

Karena lewat majelis ilmu dan semangat kebersamaan, Muslimat NU terus menjadi cahaya peradaban—menuntun umat dalam keheningan dan keberkahan. Di tengah tantangan zaman, mereka tetap menjadi penjaga tradisi dan penggerak perubahan. (ARIF)