NU MEDIA JATI AGUNG

NU MEDIA JATI AGUNG
Logo NU Jatiagung

NU Jatiagung - Situs Resmi

Nikmat Kebutuhan Menurut Gus Baha dan Pandangan Imam Syafi’i

nikmat kebutuhan

Pemahaman Gus Baha tentang Nikmat Kebutuhan

Jakarta, NU Media Jati Agung – Banyak orang sering salah memahami nikmat kebutuhan. KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha menegaskan bahwa nikmat tidak hanya berkaitan dengan materi, tetapi juga berkaitan dengan kesadaran untuk mengurangi ketergantungan pada hal-hal yang tidak esensial.

Nikmat Bukan Sekadar Materi

Dalam ceramahnya, Gus Baha menjelaskan bahwa orang yang memahami nikmat secara sempit justru menjerumuskan dirinya pada banyak kebutuhan.

“Orang yang tahunya nikmat hanya kopi, dengan nikmat yang banyak, pintar mana?” tanya Gus Baha. Ia menekankan bahwa semakin banyak kebutuhan, semakin tampak kebodohan seseorang.

Pandangan Imam Syafi’i tentang Kecukupan

Gus Baha mengutip Imam Syafi’i yang menjelaskan makna istighna atau kecukupan. Menurut Imam Syafi’i, kecukupan bukan berarti memenuhi semua kebutuhan, melainkan mengurangi ketergantungan pada hal-hal yang tidak diperlukan.

“Yang dikatakan kecukupan adalah berusaha sebanyak mungkin untuk merasa cukup dengan sedikit kebutuhan, bukan memenuhi semua keinginan,” jelas Gus Baha.

Kehidupan Sederhana sebagai Jalan Kebahagiaan

Gus Baha menegaskan bahwa kebutuhan yang terus bertambah selalu memperbudak manusia. Ia menyebut nafsu manusia tidak pernah berakhir, sehingga siapa pun yang terus memenuhi semua keinginannya tidak akan pernah menyelesaikan hidupnya.

Kesederhanaan dan Syukur

Gus Baha menjelaskan bahwa banyaknya kebutuhan justru membuat manusia kehilangan esensi kebahagiaan. Sebaliknya, ia menegaskan bahwa hidup sederhana dengan rasa syukur membawa ketenangan.

“Kadang kita lupa bahwa nikmat terbesar adalah merasa cukup dengan apa yang ada. Jika kamu merasa cukup, kamu akan lebih mudah merasa bahagia,” tutur Gus Baha.

Fokus pada Hal yang Bermanfaat

Kesederhanaan tidak menolak kemajuan, tetapi menunjukkan pengendalian diri. Gus Baha menekankan bahwa salah satu kunci kebahagiaan terletak pada kemampuan manusia untuk bersyukur atas nikmat kecil. Dengan sikap itu, manusia lebih mudah fokus pada hal-hal penting seperti ibadah dan hubungan sosial.

Pesan Gus Baha tentang Prioritas Hidup

Melalui ceramahnya, Gus Baha mengajak umat Islam untuk introspeksi. Ia menegaskan agar umat tidak menghabiskan hidup hanya untuk mengejar hal yang tidak esensial.

Hakikat kebahagiaan, kata Gus Baha, terletak pada rasa syukur atas nikmat yang ada, bukan pada banyaknya yang dimiliki. (ARF)