NU Jati Agung

🗓️ Juni 29, 2025   |   ✍️ Editor

Syekh Zainuddin, yang memiliki nama lengkap Abu Bakar Zainuddin Ahmad bin Muhammad al-Ghazali bin Zainuddin bin ‘Ali bin Ahmad al-Malibari asy-Syafi’i, lahir pada tahun 938 H di Malibar, Kerala, India. Beliau dikenal sebagai ulama besar mazhab Syafi’i dan penyusun kitab monumental Fathul Mu’in.

Ayah beliau, Syekh Muhammad al-Ghazali, adalah seorang ulama terkemuka di Malibar pada masanya. Ia menjabat sebagai mufti dan qadi, serta berjasa dalam pembangunan Masjid Jami’ Chombala di Kerala. Di kota ini, Syekh Muhammad al-Ghazali menikahi seorang wanita salehah dari keluarga Waliyakat Karakutti, yang dikenal akan ketaatan beragamanya.

Bukti bahwa Syekh Zainuddin adalah putra Syekh Muhammad al-Ghazali diperkuat oleh pernyataan beliau sendiri dalam mukadimah kitabnya, Al-Ajwibah al-‘Ajibah ‘anil As’ilah al-Gharibah, yang berbunyi:

فَيَقُولُ أَضْعَفُ الْعِبَادِ، وَأَفْقَرُهُمْ إلى رَحْمَةِ الْجَوَادِ، أَحْمَدُ زَيْنُ الدِّينِ بْنُ مُحَمَّدِ الْغَزَالِيِّ الْمَعْبَرِيِّ الشَّافِعِيِّ

Artinya: “Seorang hamba paling lemah, paling butuh terhadap rahmat Allah SWT. yakni Ahmad Zainuddin bin Muhammad Al-Ghazali Al-Ma’bari Asy-Syafi’i.”Jihad Menurut Kitab Fathul Muin, Perjuangkan Muslim dan Non Muslim

Terdapat kekeliruan di kalangan beberapa ulama dan sejarawan yang menyatakan bahwa Abdul ‘Aziz adalah ayah Syekh Zainuddin al-Malibari, bukan Muhammad al-Ghazali. Padahal, sebagaimana tercatat dalam sejumlah biografi ulama India, Abdul ‘Aziz adalah paman beliau, sedangkan ayahnya adalah Syekh Muhammad al-Ghazali.

Untuk membedakan beliau dengan kakeknya yang juga bernama Zainuddin, sang kakek dikenal sebagai Zainuddin al-Makhdum al-Kabir, sedangkan Syekh Zainuddin al-Malibari dikenal sebagai Zainuddin al-Makhdum ash-Shaghir. (Lihat: Syekh Zainuddin, Fathul Mu’in, tahqiq: Abdur Razaq an-Najm, [Beirut: Darul Faiha’, 1443 H], hlm. 10–12).

Dengan demikian, Syekh Zainuddin al-Malibari adalah cucu dari Syekh Zainuddin al-Makhdum al-Kabir, pengarang Hidayatul Adzkiya’, sebuah kitab tasawuf terkenal yang menjadi rujukan di pesantren-pesantren Nusantara. Kitab ini kemudian disyarahi oleh Syekh Nawawi al-Bantani dalam Salalimul Fudhala’ dan oleh Sayyid Abu Bakar Syatha dalam Kifayatul Atqiya’.

Syekh Zainuddin al-Malibari adalah ulama ahli fiqih mazhab Syafi’i dari Malabar, keturunan Arab Yaman, yang kemungkinan lahir di Ponnani, Kerala, pada tahun 1532 M (938 H).Melihat Manuskrip Fathul Muin Karya Sayyid Abdullah di Perpustakaan Masjid Jami Lasem

Beliau berasal dari keluarga ulama terkemuka di Malabar yang memiliki akar Yaman. Karya-karyanya, seperti Fathul Mu’in dan Al-Ajwibah al-‘Ajibah ‘anil As’ilah al-Gharibah, mencerminkan perspektif ganda sebagai orang dalam yang memahami konteks lokal Malabar sekaligus sebagai ulama dengan wawasan transregional yang menyoroti isu-isu global, seperti interaksi dengan kekuatan kolonial Portugis. (Lihat: Engseng Ho, “Custom and Conversion in Malabar: Zayn al-Din al-Malibari’s Gift of the Mujahidin: Some Accounts of the Portuguese,” hlm. 403–404).

Rihlah ‘Ilmiyyah
Seperti kebanyakan ulama pada masanya, Syekh Zainuddin al-Malibari mengembara ke berbagai tempat untuk menuntut ilmu. Pendidikan awalnya diperoleh dari orang tua dan pamannya, Abdul ‘Aziz, yang membimbingnya menghafal Al-Qur’an dan mempelajari ilmu-ilmu dasar agama.

Setelah menimba ilmu di tanah kelahirannya, Ponnani, Syekh Zainuddin melanjutkan pengembaraan ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji sekaligus memperdalam keilmuan. Di Makkah, beliau berguru kepada Imam Ibnu Hajar al-Haitami dan sejumlah ulama besar lainnya.

Setelah bertahun-tahun menuntut ilmu, Syekh Zainuddin kembali ke Ponnani untuk mengabdikan diri kepada masyarakat selama hampir 36 tahun.

Guru-guru Syekh Zainuddin

  1. Imam Ibnu Hajar al-Haitami (w. 974 H)
  2. Imam ‘Izzuddin ‘Aziz bin ‘Ali bin Abdul ‘Aziz al-Makki az-Zamzami asy-Syafi’i (w. 963 H)
  3. Imam Wajihuddin Abdurrahman bin Abdul Karim bin Ziyad (w. 975 H)
  4. Sayyid Abdurrahman ash-Shafawi
  5. Imam Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Hamzah ar-Ramli asy-Syafi’i (w. 1004 H)
  6. Imam Syamsuddin Muhammad bin Ahmad al-Khathib asy-Syirbini asy-Syafi’i (w. 977 H)
  7. Imam Taqiyuddin Abdullah bin Umar bin Abdullah bin Ahmad Bamakhramah (w. 972 H)
  8. Imam Abdur Ra’uf bin Yahya al-Wa’idh al-Makki asy-Syafi’i

 

Murid-murid Syekh Zainuddin

  • Syekh Abdurrahman bin Utsman al-Makhdum al-Kabir al-Funnani
  • Syekh Jamaluddin bin Utsman al-Funnani
  • Syekh Jamaluddin bin Abdul Aziz al-Makhdum al-Funnani
  • Syekh Utsman Labba al-Qahiri
  • Syekh Sulaiman al-Qahiri

 

Karya-karya Syekh Zainuddin

  • Qurratul ‘Ain bi Muhimmatid Din
  • Fathul Mu’in bi Syarhi Qurratil ‘Ain
  • Al-Ajwibah al-‘Ajibah ‘anil As’ilah al-Gharibah
  • Ihkamu Ahkamin Nikah
  • Irsyadul ‘Ibad ila Sabilir Rasyad
  • Tuhfatul Mujahidin fi Ba’dhi Akhbaril Burtughaliyyin
  • Al-Jawahir fi ‘Uqubati Ahlil Kaba’ir
  • Al-Fatawa al-Hindiyyah
  • Mukhtashar Syarhis Shudur fi Awalil Mauta wal Qubur
  • Al-Manhaj al-Wadhih Syarhu Ahkamin Nikah

 

Wafatnya Syekh Zainuddin
Menurut pendapat yang kuat, sebagaimana dicatat oleh sejarawan Malabar, Syekh Muhammad Ali an-Nalikuti dalam Tuhfatul Akhyar fi Tarikh ‘Ulama Malibar, Syekh Zainuddin wafat pada tahun 1028 H. Jenazahnya dimakamkan di samping Masjid Jami’ Kungipalli, Chombala, India.

Wallahu a’lam.


Sumber: Mengenal Syekh Zainuddin Al-Malibari: Penulis Kitab Fathul Mu’in