NU MEDIA JATI AGUNG

NU MEDIA JATI AGUNG
Logo NU Jatiagung

NU Jatiagung - Situs Resmi

Mama Ajengan Adang Badrudin: Karya, Wasiat, dan Perjuangan NU

Mama Ajengan Adang Badrudin

Ribuan Santri Mengiringi Kepergian Ajengan Adang

NU MEDIA JATI AGUNG, – Ribuan santri dan masyarakat Purwakarta memenuhi kawasan Cipulus pada Senin (3/8) siang untuk memberi penghormatan terakhir kepada Mama Ajengan KH Adang Badrudin atau Abah Cipulus, pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikamussalafiyah. Saya menyaksikan suasana haru itu melalui live streaming Facebook aktivis Gerakan Pemuda Ansor.

Masyarakat tidak hanya datang dari Purwakarta. Warga Subang, Bandung, Cimahi, Karawang, dan daerah sekitar juga berduyun-duyun hadir. Mereka berdesakan agar bisa mendekat dan menunjukkan rasa hormat kepada ulama kharismatik tersebut.

Kesaksian PWNU Jawa Barat

Ketua PWNU Jawa Barat, KH Hasan Nuri Hidayatullah, menegaskan bahwa almarhum tampil sebagai sosok tegas, bijaksana, dan memiliki komitmen besar kepada Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyah. Menurut Gus Hasan, Ajengan Adang menggerakkan putra-putri serta menantunya untuk memperkuat NU, baik di tingkat struktur maupun kultur.

Gus Hasan menilai wafatnya Abah Cipulus menjadi kehilangan besar bagi warga NU. Warga tidak hanya kehilangan di Purwakarta, tetapi juga di Jawa Barat. Gus Hasan sendiri selalu menjadikan almarhum sebagai sepuh rujukan bagi kalangan Nahdliyin.

“Atas nama keluarga besar PWNU Jawa Barat kami mengucapkan turut berduka cita atas wafatnya beliau. Semoga Allah menerima amal salehnya, menempatkan beliau dalam husnul khatimah, dan memberi kesabaran kepada keluarga. Sebagai generasi penerus, mari kita meneladani nilai uswah beliau dalam membumikan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah di Purwakarta dan Jawa Barat,” tutur Gus Hasan.

Riwayat Singkat Kehidupan Ajengan Adang

Mama Ajengan Adang lahir pada 23 Juli 1948 di Desa Simpang, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Ia merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara pasangan Cece Tapsunji (dalam riwayat lain disebut Cece Saptunji) dan Uju Juariyah.

Ayahnya wafat ketika ia masih bayi. Sejak itu, ibunya serta keluarga besar dari pihak orang tua mendidik Adang dalam ilmu agama. Masa kecilnya penuh keprihatinan karena ia harus berpindah-pindah pengasuh dari saudara ke kerabat.

Saat remaja, Adang menimba ilmu di Pondok Pesantren Al-Hikamussalafiyah Cipulus yang kelak ia pimpin. Waktu itu Mama Ajengan Izzudin mengasuh pesantren tersebut.

Ajengan Adang sempat belajar sebentar di pesantren lain. Ia memperdalam ilmu falaq dan manthiq di Cibeureum Sukabumi, mempelajari fiqih di Pesantren Cikole, serta mendalami tauhid di Manonjaya.

Pada 1971, ia menikahi putri Mama Izzudin dan membangun rumah tangga dengan delapan anak, terdiri dari empat putra dan empat putri.

Kiprah di Pesantren Cipulus

Setelah menikah, Ajengan Adang menetap di kompleks Pesantren Cipulus. Sebagai ajengan muda, ia memanfaatkan waktunya untuk terus belajar dari mertuanya sekaligus mulai mengajar para santri.

Seiring waktu, ia memberi perhatian khusus pada ilmu tauhid dan fiqih. Setiap bulan Syawal, ia membuka pasaran kitab Tijanud Darary dan Fathul Qarib.

“Sebetulna nu diaos ku Abah bukan hanya fikih dan tauhid, tetapi hampir semua fan. Hanya saja, setiap pasaran tahunan bulan Syawwal, Abah membaca Tijan dan Fathul Qarib karena barangkali dua kitab atau fan tersebut dirasa paling dibutuhkan masyarakat luas, karena isinya merupakan pelajaran mendasar bagi seorang muslim,” jelas cucunya, Hilmi Sirojul Fuadi, Selasa (4/8).

Sejak 1978 hingga 2020, Ajengan Adang sudah mengajar kitab tersebut sebanyak 41 kali. Tahun 2020 seharusnya menjadi kali ke-42, namun kegiatan itu absen karena pandemi corona.

Karya Tulis Ajengan Adang

Selain mengajar ribuan santri, Ajengan Adang juga aktif menulis. Beberapa karya yang berhasil dihimpun antara lain:

  1. Aurad Jamaah Ibu-ibu Majelis Ta’lim Al-Hikamus Salafiyah, Cipulus Nagrog, Wanayasa

  2. Cacarakan Aqaidul Iman

  3. Mabadi Ilmu Tauhid sareng Pembahasan Bismillah

  4. Nadham Durusul Fiqhiyah

  5. Nadham Aqaidul Iman fi Aqidatil Awam

  6. Al-Aurad wal-ad’iyah wal-Ahzab ‘ala Pesantren Cipulus

  7. Ieu Nadham Sunda Aqaidul Iman

  8. Pelajaran Bacaan Shalat Nganggo Ma’na Sunda

Selain itu, ia juga menggubah syair, salah satunya Syair NU yang menunjukkan kecintaannya kepada jamiyah Nahdlatul Ulama.

Wasiat NU kepada Murid-muridnya

KH Hasan Nuri Hidayatullah menegaskan bahwa Ajengan Adang memiliki rasa cinta yang besar terhadap NU. “Tidak hanya beliau, tapi keluarga besarnya, termasuk anak dan menantunya, juga digerakkan untuk aktif ber-NU di berbagai lini. Tidak hanya struktur, tetapi juga kultur,” ucapnya.

Cucu Ajengan Adang, Hilmi Sirojul Fuadi, juga menunjukkan bukti kecintaan sang kakek terhadap NU. Ia membacakan pesan tertulis Ajengan Adang untuk para alumni Pesantren Cipulus:

Aranjeun kudu jadi pemuda anu teguh, kokoh, kuat, membela Islam Ahlussunah wal Jamaah anu persi NU sanajan loba rintangan, godaan jeung hahalang, ulah jadi pemuda cengeng, miris, elehan, insyaallah aranjeung ditulungan ku Allah.

Jeung aranjeun ulah pernah eureun ngala elmu ti ulama Ahlussunah wal Jamaah sampai anjeun maot. Insyaallah aranjeun jadi jalma anu salamet jeung beruntung.

Sakitu ti Abah.

Pesan ini menjadi wasiat berharga agar generasi muda NU tetap berpegang teguh pada nilai Ahlussunnah wal Jamaah dan terus menimba ilmu hingga akhir hayat.