
Pidato Terakhir KH Abun Bunyamin Ruhiat
NU MEDIA JATI AGUNG, – “Dan mungkin saya pada wisuda ini yang terakhir karena masa jabatan saya berakhir pada tanggal 29 September 2022 dan di usia 73 tahun.”
Kalimat itu menjadi pengantar pidato Ajengan KH Abun Bunyamin Ruhiat saat menutup wisuda Institut Agama Islam (IAI) Cipasung pada 25 September 2022. Pada kesempatan tersebut, beliau hadir sebagai Rektor IAI Cipasung, posisi yang diembannya sejak tahun 2007 untuk meneruskan kepemimpinan kakaknya, Ajengan KH Muhammad Ilyas Ruhiat.
Dalam pidatonya, Kiai Abun mengatakan, “Saya menjabat Rektor Institut Agama Islam Cipasung sejak 2007 sampai 2022, 15 tahun, melanjutkan kepemimpinan ….” Ucapannya sempat tercekat beberapa detik sebelum akhirnya ia melanjutkan dengan suara parau, “Almaghfurlah KH Muhammad Ilyas Ruhiat.”
Momen wisuda itu pun semakin syahdu. Dalam tayangan di kanal Youtube Pesantren Cipasung, suasana haru menyelimuti acara. Air mata civitas akademika mengalir deras, terlebih ketika para pengajar satu per satu sungkem kepada Kiai Abun, mencium tangannya, lalu mendapat pelukan hangat darinya.
Wafatnya KH Abun Bunyamin Ruhiat
Hanya dua bulan setelah momen itu, Kiai Abun wafat di Rumah Sakit TMC Tasikmalaya, Jawa Barat, Sabtu (19/11/2022) pukul 10.10 WIB.
Latar Belakang dan Pendidikan
KH Abun Bunyamin Ruhiat lahir di Tasikmalaya pada 27 September 1949. Ia menjadi putra kesembilan dari 14 bersaudara pasangan KH Ruhiat dan Nyai Hj Siti Aisyah.
Ia memulai pendidikan agamanya dari ayahnya sendiri, kemudian melanjutkan belajar kepada beberapa ulama, seperti Kiai Emed di Pesantren Sukaraja, Kiai Abbas Nawawi di Pesantren Kubang Cigaloncang, dan Kiai Toha di Pesantren Cintawana.
Selain menempuh pendidikan non-formal, Kiai Abun juga menuntaskan pendidikan formal hingga tingkat magister. Ia meraih gelar S2 di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta pada tahun 2004. Ia memperoleh gelar sarjana dari IAIN Bandung pada 1976, setelah lebih dulu menyelesaikan sarjana muda di Perguruan Tinggi Islam Cipasung.
Kiai Abun juga menulis sejumlah buku, di antaranya:
Metode Pengajaran Akhlak: Analisis Isi Kitab Ta’limul Muta’allim
Metode Belajar di Pesantren Menurut Syekh Az-Zarnuji
Diktat Jurumiyah (berbahasa Sunda)
Khidmah dan Peran di Pesantren
Sejak usia 12 tahun, Kiai Abun sudah membantu mengajar di Pesantren Cipasung. Pada usia 20 tahun (1969), ia mulai mengajar secara penuh.
Prof Oman Fathurahman, salah satu muridnya, mengenang bahwa Kiai Abun pernah mengajarinya kitab kuning, seperti Al-Ajurumiyah (ilmu nahwu) dan Tasrifan (ilmu sharaf).
Pada tahun 2012, Kiai Abun melanjutkan kepemimpinan pesantren setelah KH Dudung Abdul Halim wafat.
Khidmah di NU dan Amanah Organisasi
Sebagaimana kakaknya, KH Muhammad Ilyas Ruhiat, Kiai Abun juga mengabdikan dirinya secara aktif di Nahdlatul Ulama (NU). Pada akhirnya, ia pun mengemban amanah sebagai Rais Syuriyah PBNU dan mendampingi Rais ‘Aam KH Miftachul Akhyar untuk periode 2022–2027, hasil Muktamar ke-34 NU di Lampung (2021).
Selain itu, beliau tetap memimpin Rais Syuriyah PCNU Tasikmalaya hingga akhir hayatnya. Sesudah itu, adiknya, KH Ubaedillah Ruhiat, meneruskan amanah tersebut.
Sementara itu, menurut Husni Mubarok, mantan Ketua PC IPNU Tasikmalaya (2017–2019), Kiai Abun juga pernah memimpin PCNU Tasikmalaya. Lebih dari itu, ia pun aktif mengurus MWCNU Singaparna.
Kesaksian dan Teladan
KH Abdul Khobir, pendiri Sekolah Tinggi Teknologi Cipasung (STTC), menilai bahwa Kiai Abun adalah sosok disiplin.
“Kalau kita memperhatikan, Almaghfurlah meneruskan apa-apa yang diwariskan oleh guru yang sangat disiplin di dalam mengajar para santri,” ujarnya.
Berita Terpopuler
- Wagub Lampung Jihan Nurlela Tinjau Pasar Murah Muslimat NU di Natar
- PPRQ Metro Gelar Harlah ke-24 Teguhkan Komitmen Santri
- Curanmor Teror Jati Agung: Enam Motor Hilang, CCTV Tak Efektif
- Rohana Kudus, Jurnalis Bergelar Pahlawan Nasional, Pejuang Kesetaraan Perempuan
- KH Bisri Syansuri (3-Habis): Bahtsul Masail Sampai Tua, Kewafatan, dan Kesaksian Tokoh