NU MEDIA JATI AGUNG

🗓️ 13, Agustus 2025   |   ✍️ Ahmad Royani, S.H.I

Masa Keemasan Ilmu Hadits Abad Ketiga Hijriah

NU MEDIA JATI AGUNG, – Abad ketiga hijriah menjadi masa keemasan dunia keilmuan Islam, khususnya dalam bidang ilmu hadits. Pada periode ini, banyak kitab hadits lahir dengan tema beragam, mulai dari dokumentasi hadits shahih, hadits hukum (ahaditsul ahkam), hingga penjelasan istilah-istilah dalam ilmu hadits.
Nama-nama besar seperti Imam Al-Bukhari, Ibn Ma’in, Ahmad bin Hanbal, dan Abu Dawud turut memperkaya perkembangan keilmuan hadits pada masa itu.

Lahirnya Seorang Tokoh Besar di Neyshabur

Pada tahun 206 H di Neyshabur, Iran bagian utara, lahir seorang anak dari ulama keturunan Arab kabilah Qusyairi bernama Al-Hajjaj. Anak ini adalah Muslim bin Al-Hajjaj Al-Qusyairi An-Naisaburi, kelak dikenal sebagai penyusun kitab Shahih Muslim.
Menurut catatan Adz-Dzahabi, Muslim bin Al-Hajjaj mulai mengumpulkan riwayat hadits sejak berusia 12 tahun, tepatnya pada tahun 218 H. (Syamsuddin Adz-Dzahabi, Tadzkiratul Huffazh, [Beirut: Darul Kutubil ‘Ilmiyyah], juz II, halaman 125).

Perjalanan Menuntut Ilmu ke Berbagai Negeri

Semangat Imam Muslim terhadap ilmu hadits tidak pernah surut. Setelah belajar pada ulama tanah kelahirannya seperti Ibnu Rahuwaih dan Yahya bin Yahya, ia berkeliling ke negeri-negeri Islam untuk menimba ilmu.
Ia pergi ke Iraq berguru pada Ahmad bin Hanbal dan Abdullah bin Maslamah, ke Ray pada Muhammad bin Mihran, ke Hijaz pada Sa’id bin Manshur dan Abi Mush’ab, serta ke Mesir pada ‘Amr bin Sawwad dan Harmalah bin Yahya, murid Imam Syafi’i.
Bahkan, Imam Al-Bukhari tercatat sebagai salah satu guru Imam Muslim. (Muhammad Al-Maliki, Al-Manhalul Lathif, [Riyadh: Darul Minhaj, 2019], halaman 260). (Muhammad Abdurrahman Thawalibah, Al-Imamu Muslim wa Manhajuhu fi Shahihih, [Amman: Dar ‘Ammar, 2000], halaman 43).

Pedagang Sekaligus Pengajar

Selain sebagai ulama, Imam Muslim bin Al-Hajjaj berprofesi sebagai pedagang pakaian. Neyshabur pada masa itu terkenal sebagai pusat perdagangan busana yang diminati masyarakat mancanegara, termasuk kalangan penguasa.
Meskipun aktif berdagang, Imam Muslim tetap mengajar di toko miliknya. Aktivitas perdagangan tidak pernah menghalangi semangatnya dalam menyebarkan ilmu hadits. (Abdurrahman Thawalibah, Al-Imamu Muslim, halaman 19).

Murid-Murid dan Warisan Keilmuan

Allah menganugerahkan kepada Imam Muslim nikmat ilmu, rezeki yang cukup untuk mendukung perjalanannya menuntut ilmu, serta kesempatan berguru kepada ulama besar.
Ia juga memiliki murid-murid ternama, seperti Abu Isa At-Tirmidzi (penulis Sunan At-Tirmidzi), Muhammad Ibnu Khuzaimah (penulis Shahih Ibn Khuzaimah), dan Abu ‘Awanah (penulis Shahih Ibn ‘Awanah). (Al-Maliki, Al-Manhalul Lathif, halaman 260).

Wafat dan Karya-Karya

Imam Muslim bin Al-Hajjaj wafat pada bulan Rajab tahun 261 H di usia belum genap 55 tahun. Selain Shahih Muslim, ia meninggalkan karya lain seperti At-Tamyiz (kitab teori kritik hadits), At-Thabaqat, dan Asma’ur Rijal.
Sayangnya, sebagian besar karya tersebut tidak terawat, sehingga hanya dikenal namanya tanpa tersisa naskah aslinya. Wallahu a’lam.