NU MEDIA JATI AGUNG

🗓️ 19, Juli 2025   |   ✍️ Ahmad Royani, S.H.I

JAWA TIMUR, NU MEDIA JATI AGUNG, – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf mendorong para kiai muda, putra kiai (gus), santri senior, dan alumni pesantren untuk aktif terlibat dalam struktur organisasi Nahdlatul Ulama (NU) dari tingkat bawah hingga pusat.

Dorongan ini berdasarkan prinsip dasar organisasi NU sebagaimana tertuang dalam Qanun Asasi Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, bahwa pihak pertama yang dipanggil untuk bergabung ke dalam NU adalah para ulama. Oleh karena itu, jam’iyah ini dinamakan Nahdlatul Ulama atau Kebangkitan Ulama.

Gus Yahya menjelaskan, ulama yang dimaksud KH Hasyim Asy’ari adalah ulamauddin atau ahli agama, bukan ulama dalam pengertian umum.

“Sejak 2010 saya mendorong GP Ansor mengajak gus-gus dan santri senior ke dalam Ansor. Masuklah saat itu generasi Gus Ghofur, Gus Latif, dan kiai muda, supaya paham cara main organisasi sehingga dalam mengambil keputusan tahu jalur yang pas,” ujar Gus Yahya saat membuka Pendidikan Pengembangan Wawasan Keulamaan (PPWK) NU di Pondok Pesantren Islam Miftachussunnah, Surabaya, Kamis (17/07/2025).

Menurut Gus Yahya, kaderisasi struktural penting agar alumni pesantren yang kelak memimpin NU memiliki pengalaman berorganisasi yang matang. Alumni pesantren yang dicetak sebagai ahli ilmu agama berpotensi besar menempati posisi Syuriyah sebagai penentu arah jam’iyah NU.

“Pesantren sebagai pencetak calon ulama, santrinya justru sedikit yang berkecimpung di NU. Makanya ada PPWK ini. Ini soal wawasan, padahal pemimpin bukan hanya soal wawasan, tetapi juga tempaan dan pergulatan,” tegasnya.

Gus Yahya juga menyoroti ketimpangan persebaran ulama di Indonesia.

“Di Jawa seperti Pati, Kediri, Cirebon mudah mencari kiai alim. Tapi di luar Jawa dan daerah pinggiran tidak selalu demikian. Ini problem sistemik,” ungkapnya.

Ia mencontohkan KH Miftachul Ahyar sebagai teladan ulama yang matang secara keilmuan dan pengalaman organisasi.

“Kita punya Rais Aam yang tidak ada tandingannya dalam tempaan organisasi. Mulai dari bawah hingga pusat, beliau mengalami proses lengkap,” tuturnya.

Ke depan, PBNU akan menggelar pelatihan bersama Syuriyah dan Tanfidziyah agar keduanya memahami dinamika organisasi secara proporsional dari sisi syar’i maupun organisasional.

“Saya menghadap Rais Aam mengusulkan pelatihan gabungan. Alhamdulillah periode ini kita punya pemimpin ulama yang kuat secara wawasan dan tempaan,” pungkasnya.