NU MEDIA JATI AGUNG

MWCNU JATI AGUNG
NU MEDIA JATI AGUNG
Edisi
Advetorial
Opini
Donasi
🗓️ 5, September 2025   |   ✍️ Ahmad Royani, S.H.I

Empat Konsep Dakwah Habib Anis Solo

NU MEDIA JATI AGUNG, – Dakwah Islam selalu hadir dengan cara unik di setiap generasi. Habib Anis Solo menekankan empat konsep dakwah yang memadukan ibadah, pendidikan, dan ekonomi umat. Cucu muallif kitab Maulid Simtuddurar itu menyampaikan empat pilar utama dalam menyebarkan ajaran Islam.

Keempat konsep tersebut mencakup masjid, zawiyah, toko, dan perpustakaan. Habib Anis merangkai semuanya untuk menjaga dakwah agar terus berpadu dengan ibadah, ilmu, dan kesejahteraan umat.

Masjid Sebagai Pusat Dakwah

Habib Anis melanjutkan kepemimpinan Masjid Riyadh di Gurawan, Pasar Kliwon, Surakarta. Masjid ini dibangun oleh ayahnya dan menjadi pusat ibadah hingga beliau wafat tahun 2006.

Di masjid tersebut, jamaah tidak hanya melaksanakan shalat berjamaah, tetapi juga mengikuti kajian kitab, pembacaan maulid, haul, dan kegiatan keagamaan lainnya. Hingga kini, aktivitas itu masih berjalan sebagai bukti keberlangsungan warisan dakwah Habib Anis.

Zawiyah untuk Pendidikan Akhlak

Selain masjid, Habib Anis menggunakan zawiyah sebagai ruang khusus menerima tamu sekaligus menggembleng akhlak murid dan jamaahnya. Di sana, beliau menanamkan nilai akhlak Nabi Muhammad SAW agar setiap murid tumbuh menjadi pribadi berilmu sekaligus berakhlak mulia.

KH Ahmad Baidlowi, salah seorang muridnya yang pernah menjadi Rais PCNU Sukoharjo (2013–2015), menegaskan pentingnya zawiyah dalam membentuk karakter jamaah sesuai ajaran Rasulullah.

Toko sebagai Penggerak Ekonomi Umat

Habib Anis juga memanfaatkan beberapa toko di sekitar Masjid Riyadh. Toko-toko tersebut menjadi sarana menggerakkan ekonomi sekaligus memperluas dakwah. Dengan cara ini, beliau mengajarkan bahwa dakwah tidak hanya berbicara tentang ibadah, tetapi juga tentang kemandirian ekonomi yang mendukung keberlanjutan kehidupan umat.

Perpustakaan untuk Cinta Ilmu

Konsep keempat adalah perpustakaan. Letaknya berada di kompleks Masjid Riyadh, berdekatan dengan zawiyah. Koleksi kitab Habib Anis sangat lengkap, menjadi rujukan bagi murid dan jamaah untuk menjawab berbagai persoalan keagamaan.

Habib Muhammad bin Husen Al Habsyi, cucu beliau, menuturkan bahwa sang kakek dikenal sangat mencintai ilmu.

“Ketika usia muda, beliau gemar sekali membaca buku. Tiap malam ketika istrinya tidur, beliau membaca kalam Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi sampai terkadang menangis. Ketika istrinya terbangun, beliau langsung mengusap air matanya supaya tidak terlihat,” ungkapnya.

Menurut Habib Muhammad, bahkan ketika usia menua, Habib Anis masih haus ilmu. Beliau berencana membeli laptop untuk menulis ilmu yang diperolehnya, serta ingin menghadiri pameran kitab di Mesir demi mendapatkan kitab-kitab langka.

Riwayat Hidup Habib Anis Solo

Habib Anis lahir di Garut, Jawa Barat, pada 5 Mei 1928. Ayahnya, Habib Alwi bin Ali Al Habsyi, merupakan putra dari Habib Ali Al Habsyi, penyusun Simtuddurar, yang hijrah dari Hadramaut, Yaman, ke Indonesia untuk berdakwah. Ibunya bernama Khadijah.

Pada usia sembilan tahun, keluarganya pindah ke Solo dan menetap di Kampung Gurawan, Pasar Kliwon. Sejak kecil, beliau dididik langsung oleh ayahnya dan menempuh pendidikan di Madrasah Ar-Ribathah yang berdekatan dengan rumahnya.

Habib Anis tumbuh sebagai pemuda alim dan berakhlak luhur. Adiknya, Habib Ali Al-Habsyi, menyebut kakaknya sebagai “anak muda yang berpakaian tua” karena kedewasaan sikapnya.

Wafatnya Habib Anis

Dua minggu setelah Idulfitri tahun 2006, Habib Anis wafat. Kabar duka itu menggetarkan hati murid dan pecinta beliau dari berbagai penjuru dunia. Puluhan ribu orang memadati Kota Solo untuk memberikan penghormatan terakhir.

Dengan air mata, mereka melepas kepergian ulama yang dikenal dengan senyuman khas dan sikap yang selalu dirindukan.

Habib Anis meninggalkan teladan besar melalui empat konsep dakwah yang hingga kini tetap dijalankan. Masjid, zawiyah, toko, dan perpustakaan menjadi bukti nyata bahwa dakwah harus berlandaskan ibadah, akhlak, ilmu, dan ekonomi umat.