
Kelahiran Abdullah bin Zubair, Muhajirin Pertama
NU MEDIA JATI AGUNG, – Dua puluh bulan setelah umat Muslim hijrah ke Madinah, umat Islam bersuka cita menyambut kelahiran Abdullah bin Zubair, bayi pertama dari kalangan muhajirin. Kelahiran ini membantah tuduhan orang Yahudi yang mengatakan bahwa mereka tidak akan memiliki keturunan. Abdullah lahir pada bulan Syawal tahun 2 H atau Mei 624 M dari pasangan Zubair bin Awwam dan Asma’ binti Abu Bakar.
Rasulullah saw men-tahnik Abdullah dengan sebiji kurma yang telah beliau kunyah, sekaligus memberkahi bayi tersebut. Beliau menamai anak ini Abdullah dan menjulukinya Abu Bakar, sesuai nama kakeknya. Nenek dari pihak ayahnya, Shafiyah, adalah bibi Rasulullah.
Hadits Mengenai Kelahiran Abdullah bin Zubair
Hadits dari Asma binti Abu Bakar menyatakan:
“Aku melahirkan Abdullah di Quba, Madinah, lalu membawa bayi itu untuk ditemui Rasulullah saw. Beliau mengunyah kurma dan meludahkannya ke dalam mulut bayi sebagai tahnik sekaligus doa keberkahan.” (HR. Bukhari)
Sejalan dengan itu, Rasulullah saw men-tahnik Abdullah sebagai bentuk kasih sayang sekaligus memberkahi bayi itu. Dengan demikian, ludah Rasulullah saw yang masuk ke dalam mulut bayi menandai awal kehidupannya sebagai anak yang diberkahi.
Kehidupan Ibadah Abdullah bin Zubair
Abdullah bin Zubair tumbuh menjadi sosok yang sangat taat. Ia secara rutin melaksanakan puasa sunnah dan shalat malam. Ia memanfaatkan malam demi malam untuk beribadah: satu malam ia berdiri hingga pagi, malam berikutnya ia melakukan ruku’ hingga subuh, dan malam selanjutnya ia bersujud hingga waktu pagi.
Para tokoh sezaman menyaksikan semangat ibadahnya:
‘Amr bin Dinar berkata, “Belum pernah aku melihat shalat lebih baik dari Ibnu Zubair. Sekali waktu ia shalat di Hijr Ismail, meski manjanik mengenai ujung bajunya, ia tetap tidak menoleh.”
Mujahid menambahkan, “Segala kondisi sulit untuk beribadah tidak menghalangi Ibnu Zubair. Saat banjir merendam Ka’bah, ia tetap melakukan thawaf dengan berenang.”
Keberanian dan Kepemimpinan Abdullah bin Zubair
Selain ibadahnya, Abdullah dikenal sebagai sahabat Nabi yang pemberani dan cekatan menunggang kuda. Ia mencatat banyak kisah heroik, terutama dalam peperangan melawan musuh.
Strategi dan Aksi Heroik
Saat berusia 17 tahun, Abdullah memimpin pasukan Muslim yang hanya berjumlah 20.000 orang untuk menghadapi 120.000 tentara Afrika. Ia langsung menemukan titik lemah musuh yang bergantung pada panglima, Raja Barbar. Abdullah menembus barisan musuh dan menewaskan panglima itu, sehingga pasukan musuh akhirnya menyerah.
Kontribusi Abdullah bin Zubair dalam Islam
Abdullah meriwayatkan 33 hadits Rasulullah saw dan menuturkannya langsung kepada banyak periwayat, termasuk ‘Urwah bin Zubair, ‘Ubaidah as-Salmani, Ibnu Abi Mulaikah, Tsabit al-Bunani, ‘Atha’, Abbas bin Sahl, dan Thawus.
Selama masa Dinasti Umayah, Abdullah mengambil alih jabatan khalifah setelah Yazid bin Mu’awiyah wafat. Ia memimpin dan menguasai wilayah Hijaz, Mesir, Yaman, Irak, Khurasan, dan sebagian Syam. Abdullah hidup bersama Rasulullah selama delapan tahun empat bulan. Pada usia 72 tahun, Hajjaj bin Yusuf membunuhnya.
Warisan dan Teladan
Orang mengenal Abdullah bin Zubair sebagai sosok yang taat, pemberani, dan dekat dengan Rasulullah. Semangatnya dalam beribadah, keberaniannya dalam peperangan, serta keteguhannya dalam memimpin menjadikannya teladan sahabat Nabi yang patut dicontoh.
Berita Terpopuler
- Wagub Lampung Jihan Nurlela Tinjau Pasar Murah Muslimat NU di Natar
- PPRQ Metro Gelar Harlah ke-24 Teguhkan Komitmen Santri
- Curanmor Teror Jati Agung: Enam Motor Hilang, CCTV Tak Efektif
- Rohana Kudus, Jurnalis Bergelar Pahlawan Nasional, Pejuang Kesetaraan Perempuan
- KH Bisri Syansuri (3-Habis): Bahtsul Masail Sampai Tua, Kewafatan, dan Kesaksian Tokoh