
Profil dan Latar Belakang Syuhdah Ad-Dinawariyah
Syuhdah binti Abu Nashr Ahmad Ad-Dinawari adalah ulama perempuan yang dikenal sebagai kaligrafer (katibah) dan pemegang sanad hadits Irak (musnidatul ‘irâq). Masyarakat menjulukinya fahrunnisa’ atau kebanggaan para perempuan. Mereka juga memanggilnya Syuhdah Al-Katibah. Ulama besar ini lahir di Baghdad setelah tahun 480 H.
Keluarga Ulama dan Pendidikan Awal
Syuhdah tumbuh dalam keluarga ulama. Ayahnya, Abu Nashr Ahmad bin Al-Farj bin Umar Ad-Dinawari (wafat 506 H), menguasai ilmu hadits setelah belajar dari tokoh besar seperti Qadhi Muhammad bin Ali bin Al-Muhtadi, Abdusshamad bin Ali bin Al-Ma’mun, Muhammad bin Al-Husein bin Al-Farra’, dan Al-Khatib Abu Bakar.
Guru Pertama dan Hafalan Hadits di Usia Muda
Ayahnya menjadi guru pertama Syuhdah. Sejak usia delapan tahun, ia menghafal riwayat hadits milik ayahnya. Bukti ini terlihat dalam riwayat yang ia terima langsung pada tanggal 21 Ramadhan 490 H. Dr Rif’at Fauzi menjelaskan bahwa Syuhdah menerima ijazah riwayat tersebut bahkan sebelum berusia delapan tahun.
Perjalanan Menuntut Ilmu
Setelah menyerap ilmu dari ayah dan keluarganya, Syuhdah menuntut ilmu kepada banyak ulama ternama. Imam Ad-Dzahabi mencatat beberapa gurunya, seperti Abul Fawaris Tharrad bin Muhammad, Ibnu Thalhah An-Na’ali, Abul Hasan bin Ayyub, Abul Khattab bin Al-Bathir, Abdul Wahid bin ‘Alwan, Ahmad bin Abdil Qadir Al-Yusufi, dan Ja’far As-Sarraj.
Keahlian Kaligrafi dan Julukan Fahrunnisa
Syuhdah terkenal dengan tulisan tangannya yang indah sehingga mendapat julukan al-kâtibah. Muridnya, Imam Ibnu Al-Jauzi, menuturkan:
“Aku membacakan (riwayat) kepadanya, dan ia memiliki tulisan yang indah.”
Julukan fahrunnisa’ diberikan karena penguasaan ilmunya yang luas, keterampilan menulis, dan kemampuannya menyampaikan pengetahuan secara jelas. Ia memegang banyak sanad hadits, termasuk sanad yang tinggi (al’uluww fîl isnâd).
Murid-Murid Ternama
Di antara murid-murid Syuhdah adalah Ibnu ‘Asakir, As-Sam’ani, Ibnu Al-Jauzi, Abdul Qadir Ar-Ruhawi, dan Al-Fakhr Al-Irbili. Menurut Ibnu Al-Jauzi, gurunya ini menghabiskan hidupnya untuk ilmu, bergaul dengan para ulama, dan mendengarkan hadits Nabi Muhammad saw selama bertahun-tahun.
Peran dalam Sanad Kitab Al-Amwal
Syuhdah memegang banyak sanad kitab, termasuk Kitab Al-Amwal karya Imam Abu ‘Ubaid Al-Qasim. Rangkaian sanadnya menunjukkan bahwa ia menjadi penghubung penting antara generasi ulama sebelumnya dan setelahnya. Banyak ulama mendatangi Syuhdah untuk mengambil sanad darinya.
Karya Penting – Kitab Masyikhah
Salah satu karya penting Syuhdah adalah Kitab Masyikhah, yang disusun oleh muridnya, Abu Muhammad Abdul Aziz bin Mahmud bin Al-Mubarak bin Al-Ahdlar. Kitab ini memuat 114 riwayat, sebagian besar hadits marfu’ dan sedikit hadits mauquf.
Dr Rif’at Fauzi menemukan manuskrip kitab ini di Perpustakaan Koprulu, Istanbul. Fakta bahwa kitab tersebut masih diajarkan puluhan tahun setelah wafatnya Syuhdah menunjukkan besarnya pengaruh keilmuan beliau.
Wafatnya Syuhdah Ad-Dinawariyah
Syuhdah wafat pada 14 Muharram 574 H di usia hampir seratus tahun. Ibnu Al-Jauzi menuturkan:
“Syuhdah hidup hingga hampir seratus tahun. Wafatnya dihadiri banyak orang dan para ulama.”
Berita Terpopuler
- Wagub Lampung Jihan Nurlela Tinjau Pasar Murah Muslimat NU di Natar
- PPRQ Metro Gelar Harlah ke-24 Teguhkan Komitmen Santri
- Curanmor Teror Jati Agung: Enam Motor Hilang, CCTV Tak Efektif
- KH Bisri Syansuri (3-Habis): Bahtsul Masail Sampai Tua, Kewafatan, dan Kesaksian Tokoh
- Rohana Kudus, Jurnalis Bergelar Pahlawan Nasional, Pejuang Kesetaraan Perempuan