
KH Ubaidullah Shodaqoh kembali terpilih untuk ketiga kalinya sebagai Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah masa khidmat 2024–2029 dalam Konferensi Wilayah (Konferwil) XVI PWNU Jateng di Gedung Aswaja, Pekalongan pada Rabu (6/3/2024).
Kiai Ubaidullah Shodaqoh lahir dan dibesarkan di lingkungan Pondok Pesantren Al-Itqon, Tlogosari Wetan Bugen, Pedurungan, Kota Semarang, Jawa Tengah. Ia merupakan anak kesebelas dari 14 bersaudara dari pasangan KH Shodaqoh Hasan dan Nyai Hikmah.
“Saya lahir dari keluarga guru Madrasah Diniyyah dan petani di wilayah Demak yang tahun 76 dimasukkan wilayah Kota Semarang,” ujar Kiai Ubaid kepada NU Online, Sabtu (9/3/2024).
Masa Kecil dan Pendidikan
Masa kecilnya banyak dihabiskan di lingkungan Pondok Pesantren Al-Itqon yang didirikan oleh kakeknya, KH Abdurrosyid. Sepeninggal beliau, pesantren ini diteruskan oleh menantunya, KH Shodaqoh Hasan.
“Dari Madrasah Diniyyah Ibtidaiyyah, Tsanawiyah, dan Aliyah Salafiyyah di pondok pesantren ayah sendiri. Saya istifadah ke kiai-kiai pondok yang lain sambil sekolah SMP, SMA, itu yang saya lalui,” terang Kiai Ubaid.
“Keluarga belajar di pondok pesantren, tidak sekolah umum, kecuali saya,” imbuhnya.
Ia menyelesaikan pendidikan tinggi dan mengantongi gelar Sarjana Hukum Internasional. Namun, ia menemukan bahwa ilmu yang diperolehnya di pesantren jauh lebih dalam daripada di perguruan tinggi.
“Ternyata hukum positif pidana, perdata, perdagangan dan lainnya itu dasar logika dan filosofisnya tak sedalam dan sedetail dengan ushul fiqih dan fiqih yang kami pelajari di pesantren. Lagian penerapannya hanya abal-abal saja. Maka saya coba-coba kayak apa Hukum Islam itu,” katanya.
Setelah menyelesaikan pendidikan, ia kembali ke pesantren dan menjadi guru Madrasah Diniyyah sambil berjualan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
“Pernah jualan kerupuk dan jajanan klethikan di pondok keluarga sendiri. Pokoknya cukup untuk mondokin anak-anak,” ujarnya.
Karier Organisasi
Kiai Ubaid pernah menjadi pembina Ansor di Kelurahan Tlogosari Wetan, Kecamatan Pedurungan Semarang. Selain itu, ia pernah menjadi Pengurus MWCNU Pedurungan Semarang, Sekretaris RMI NU Jawa Tengah, dan Katib PWNU Jawa Tengah.
Pada 2013, ia terpilih menjadi Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah bersama KH Abu Hafsin. Kemudian pada 2018 kembali terpilih bersama KH Muzammil, dan pada 2024 kembali dipercaya bersama Abdul Ghaffar Rozin (Gus Rozin).
Ia memiliki visi untuk kemandirian NU Jawa Tengah melalui kebijakan jamiyyah dan bertindak sesuai maqashid yang dibutuhkan umat.
“Di sinilah kewibawaan dan fungsi-fungsi jam’iyyah bisa tercapai,” katanya.
Peduli Lingkungan
Kiai Ubaid juga dikenal sebagai tokoh yang peduli lingkungan. Ia mengadvokasi pertanian organik agar masyarakat menghindari konsumsi makanan yang tidak sehat.
“Sebab kandungan bahan-bahan kimia sintetis yang dapat merusak sel-sel tubuh kita. Karena itu PWNU Jawa Tengah mengajak petani untuk kembali ke alam dengan pertanian organik. Insyaallah sangat tepat,” tegasnya.
Ia aktif menyuarakan isu lingkungan melalui media sosial X dan menekankan pentingnya pengurus NU bersikap responsif terhadap isu-isu sosial yang berdampak pada masyarakat.
“Bumi yang kita tempati ini pinjaman dari anak-anak, cucu-cucu dan generasi setelah kita. Kita sebagai santri keuntungan tidak hanya berupa materi, tapi keberkahan yang mengandung makna keuntungan dan kemanfaatan jangka panjang.”
“Berapa persen sih keuntungan yang diterima masyarakat lingkungan? Bandingkan dengan kerusakan dan bahayanya. Bahaya dan kerusakannya jauh lebih besar ditinjau dari berbagai aspek.”
Menyukai Musik Klasik
Selain dikenal peduli lingkungan, Kiai Ubaid juga menyukai musik klasik.
“Suka kok ditanya alasannya. Kalau masih bisa menjawab alasannya itu enggak beneran suka,” celetuknya.
Kesukaannya itu juga tercermin dari dukungannya kepada putrinya yang belajar piano klasik sejak SMP.
“Anak putri saya seusia kelas SMP, minta masuk sekolah musik kelas piano klasik. Kira-kira itulah kesukaan bapaknya. Sebab anak adalah rahasia bapaknya,” tuturnya.
Ia pun mewujudkan kepedulian terhadap isu lingkungan dan kesenian melalui forum mimbar bebas yang rutin digelar setiap malam Senin Pahing di kediamannya.
“Saya punya forum mimbar bebas isinya para seniman, wartawan, akademisi, aktivis termasuk aktivis lingkungan,” tandasnya.
Berita Terpopuler
- Wagub Lampung Jihan Nurlela Tinjau Pasar Murah Muslimat NU di Natar
- PPRQ Metro Gelar Harlah ke-24 Teguhkan Komitmen Santri
- Curanmor Teror Jati Agung: Enam Motor Hilang, CCTV Tak Efektif
- KH Bisri Syansuri (3-Habis): Bahtsul Masail Sampai Tua, Kewafatan, dan Kesaksian Tokoh
- Rohana Kudus, Jurnalis Bergelar Pahlawan Nasional, Pejuang Kesetaraan Perempuan