
Pendahuluan
NU MEDIA JATI AGUNG, – Almaghfurlah KH Azizi Hasbullah, sosok pendekar fiqih Lirboyo Kediri dan pengurus PBNU, wafat pada Ahad, 21 Mei 2023 di RS Hasan Sadikin Bandung. Kepergian beliau meninggalkan duka mendalam bagi santri, alumni, dan umat Islam yang pernah merasakan ilmu, doa, serta keberkahannya. Dalam perjalanan hidupnya, Kiai Azizi dikenal sebagai figur mukhlishin, yang total mengabdikan hidup untuk mengaji, mengajar kitab kuning, dan membimbing santri dalam forum bahtsul masail.
Perjalanan Awal Santri Ndalem
Sejak awal menimba ilmu di Lirboyo, nama KH Azizi Hasbullah—akrab disapa Kiai Azizi—sudah menjadi pembicaraan hangat di kalangan santri. Lahir dari keluarga sederhana, beliau memilih jalur santri ndalem, yakni santri yang mengabdi langsung kepada kiai pengasuh untuk mendapatkan fasilitas belajar dan kebutuhan sehari-hari.
Tugas Sebagai Santri Ndalem
Kiai Azizi mengabdikan diri mengurus sapi milik keluarga almaghfurlah KH Ahmad Idris Marzuqi, pengasuh Pesantren Lirboyo generasi ketiga. Aktivitasnya meliputi mencari rumput, memberi makan, membersihkan kandang, hingga memandikan sapi. Bahkan, beliau tinggal di gubuk sederhana dari bambu dan jerami dekat kandang tersebut.
Meski waktunya tersita untuk khidmah, Kiai Azizi tetap menjadi santri paling menonjol dalam hafalan, pemahaman, dan kemampuan berargumen. Publik santri mengaguminya sebagai sosok “anomali” karena mampu mengimbangi kesibukan mengurus sapi dengan prestasi akademik luar biasa. Julukan “Macan Lirboyo” pun melekat padanya.
Kepiawaian dalam Bahtsul Masail
Sejak ibtidaiyah, penulis sudah mengagumi Kiai Azizi yang piawai merumuskan jawaban persoalan agama dalam forum bahtsul masail. Beliau mampu mengaitkan masalah kontemporer dengan bab-bab fiqih yang sekilas tampak tidak terkait, namun sesungguhnya relevan.
Metode Ilhaq
Ketika jawaban tidak ditemukan secara literal dalam kitab kuning, Kiai Azizi menggunakan metode ilhaq—menganalogikan kasus baru dengan permasalahan klasik yang memiliki titik persamaan hukum. Metode ini menjadikan beliau figur sentral dalam perumusan hukum di Lirboyo, antar pesantren, hingga di tingkat PBNU.
Pengajaran Ushul Fiqih
Di Madrasah Hidayatul Mubtadiin (MHM) Lirboyo, penulis mendapat kesempatan kursus kitab Lubbul Ushul langsung dari Kiai Azizi. Pengajaran dilakukan di bilik sederhana yang disebut “gedeg”. Dari kursus inilah penulis memahami ushul fiqih secara mendalam, sehingga memudahkan mempelajari kitab lanjutan seperti Jam’ul Jawami.
Buku dan Pemikiran Moderat
Pada akhir 1990-an, penulis bersama rekan-rekan menerbitkan buku “Kontekstualisasi Doktrin Fikih Islam” berisi makalah-makalah Kiai Azizi. Buku ini laris di kalangan santri karena daya tarik penulisnya.
Pemikiran Kiai Azizi selalu moderat, toleran, nasionalis, dan berpijak pada NKRI. Meskipun Gus Dur kerap berkunjung ke Lirboyo, corak pemikiran Kiai Azizi terbentuk secara otentik dari interaksi intensifnya dengan kitab kuning dan bahtsul masail, tanpa pendidikan formal di perguruan tinggi.
Peran di Fikih Kebangsaan
Belakangan, Lirboyo mendirikan Ma’had Aly dengan spesialisasi Fikih Kebangsaan, dan Kiai Azizi menjadi salah satu tokoh sentralnya. Pada 2021, beliau hadir di Jakarta memenuhi undangan LBM PWNU DKI Jakarta untuk menjadi perumus. Kehadirannya membawa keberkahan dan wawasan yang sangat berharga bagi peserta.
Doa dan Penghormatan Terakhir
Kepergian Kiai Azizi Hasbullah menjadi kehilangan besar bagi dunia pesantren dan Nahdlatul Ulama. Semoga segala amal kebaikan dan dedikasinya diterima di sisi Allah, serta diampuni segala khilafnya. Al-Fatihah.
Berita Terpopuler
- Wagub Lampung Jihan Nurlela Tinjau Pasar Murah Muslimat NU di Natar
- PPRQ Metro Gelar Harlah ke-24 Teguhkan Komitmen Santri
- Curanmor Teror Jati Agung: Enam Motor Hilang, CCTV Tak Efektif
- KH Bisri Syansuri (3-Habis): Bahtsul Masail Sampai Tua, Kewafatan, dan Kesaksian Tokoh
- Rohana Kudus, Jurnalis Bergelar Pahlawan Nasional, Pejuang Kesetaraan Perempuan