
Biografi Singkat Ibnu Daqiqil ‘Ied
NU MEDIA JATI AGUNG, – Ibnu Daqiqil ‘Ied, ulama besar yang lahir di bulan Sya’ban, memiliki nama lengkap Muhammad bin Ali bin Wahab bin Muthi’ bin Abi Tha’ah al-Qusyairi al-Manfaluthi ash-Sha’idi al-Qushi. Beliau dikenal sebagai seorang faqih yang menguasai berbagai disiplin ilmu, mulai dari tafsir, hadits, fiqih, hingga sejarah Islam.
Kelahiran Ibnu Daqiqil ‘Ied di Atas Kapal
Kronologi Kelahiran
Syekh Muhammad Ramiz Abdul Fattah al-‘Uzairi menjelaskan dalam kitab biografi bahwa Ibnu Daqiqil ‘Ied lahir pada Sabtu, 25 Sya’ban 625 H, di atas kapal dekat pesisir Yanbu’, Laut Merah. Saat itu kedua orang tuanya sedang menempuh perjalanan menuju Makkah untuk menunaikan ibadah haji.
Ketika tiba di Makkah, mereka membawa bayi itu untuk thawaf mengelilingi Ka’bah dan memanjatkan doa agar kelak ia menjadi ulama besar. Para sejarawan menyepakati tahun kelahirannya, meskipun mereka berbeda pendapat mengenai bulan dan tanggal lahir.
Perbedaan Pendapat tentang Bulan Kelahiran
Mayoritas ulama, termasuk al-Maqrizi, al-Isnawi, dan adz-Dzahabi, menyatakan bahwa Ibnu Daqiqil ‘Ied lahir di bulan Sya’ban. Namun, Ibnu Hajar al-‘Asqalani menyebut bulan Muharram. Al-‘Uzairi menilai pendapat al-‘Asqalani cacat karena bertentangan dengan fakta bahwa Ibnu Daqiqil ‘Ied lahir saat perjalanan haji.
Al-‘Uzairi mengemukakan empat alasan untuk membantah pendapat al-‘Asqalani. Salah satunya, ia menunjukkan bukti dari murid langsung Ibnu Daqiqil ‘Ied yang menulis catatan tangan mengenai tanggal kelahiran gurunya.
Perbedaan Tanggal Lahir
Beberapa ulama menetapkan tanggal 25 Sya’ban, sementara sebagian ulama menetapkan tanggal 20 atau 15 Sya’ban. Namun mayoritas ulama, termasuk murid langsung beliau, menegaskan 25 Sya’ban sebagai tanggal yang sahih.
Asal Usul Julukan Ibnu Daqiqil ‘Ied
Buyutnya yang taat beragama menjadi asal julukan ini. Pada hari raya, ia mengenakan jubah putih menyerupai tepung (dalam bahasa Arab: daqiq). Orang-orang lalu menjulukinya “Daqiqil ‘Ied” dan mewariskan sebutan itu sebagai nama keluarga.
Pendidikan dan Perjalanan Intelektual
Pendidikan Awal di Qush
Sejak kecil, Ibnu Daqiqil ‘Ied tumbuh sebagai pecinta ilmu. Pendidikan awal ditempuh di Qush, Mesir, di bawah bimbingan ayahnya, Syekh Majduddin Ali bin Wahab. Qush saat itu merupakan pusat intelektual dengan 16 madrasah, termasuk Darul Hadits milik keluarganya.
Guru-Guru Besar
Setelah belajar di Qush, ia melanjutkan ke Kairo untuk memperdalam fiqih madzhab Syafi’i kepada Syekh ‘Izzuddin bin Abdissalam yang dijuluki Sulthanul ‘Ulama. Guru-guru lainnya adalah Syekh Baha’uddin al-Qifthi dan ayahnya sendiri. Di antara mereka, pengaruh terbesar datang dari Syekh ‘Izzuddin.
Karya-Karya Ibnu Daqiqil ‘Ied
Ibnu Daqiqil ‘Ied dikenal produktif dalam menulis kitab lintas disiplin ilmu. Beberapa karyanya antara lain:
-
Ihkamul Ahkam (syarah dari Umdatul Ahkam)
-
al-Ilmam fi Ahaditsil Ahkam
-
Syarah al-Arba’in an-Nawawiyah
-
Thabaqatul Huffadz
-
al-Iqtirah fi Bayanil Isthilah
-
Syarah al-Mahshul karya Fakhruddin ar-Razi
-
‘Aqidatu Ibnu Daqiqil ‘Ied
dan masih banyak lagi.
Komentar Para Ulama tentang Ibnu Daqiqil ‘Ied
Pandangan As-Subki
“As-Subki berkata, Ibnu Daqiqil ‘Ied adalah seorang syekh, imam, syaikhul Islam, seorang hafidz, zuhud, wara’, ahli ibadah, mujtahid mutlaq, memiliki kedalaman ilmu agama, menguasai ilmu secara menyeluruh, dan sejarawan paling top.”
Pandangan Muridnya
Fathuddin Muhammad al-Ya’mari menyatakan, “Aku belum pernah melihat ada orang yang menandinginya, ia begitu alim dengan penguasaan multidisiplin ilmu.”
Pandangan Adz-Dzahabi
Adz-Dzahabi menulis, “Ia termasuk ulama paling cerdas pada zamannya, luas ilmunya, banyak kitab karyanya, selalu begadang untuk belajar, orang sibuk belajar, tenang sikapnya, tawadhu, wara’, dan belum pernah aku melihat ulama sepadannya.”
Berita Terpopuler
- Wagub Lampung Jihan Nurlela Tinjau Pasar Murah Muslimat NU di Natar
- PPRQ Metro Gelar Harlah ke-24 Teguhkan Komitmen Santri
- Curanmor Teror Jati Agung: Enam Motor Hilang, CCTV Tak Efektif
- KH Bisri Syansuri (3-Habis): Bahtsul Masail Sampai Tua, Kewafatan, dan Kesaksian Tokoh
- Rohana Kudus, Jurnalis Bergelar Pahlawan Nasional, Pejuang Kesetaraan Perempuan