NU Jati Agung

🗓️ Juni 10, 2025   |   ✍️ Redaksi

NU MEDIA JATI AGUNG, – Berlin, NU Online
Puluhan diaspora Indonesia dari berbagai latar belakang memadati bangunan sederhana di Zwinglistraße 8, jantung Kota Berlin, Jerman, Ahad (1/6/2025). Di tempat itu, sejarah kecil yang sarat makna ditorehkan. Syukuran pembukaan pondok baru Majelis Walisongo Zentrum Berlin (NU Berlin) menjadi momentum spiritual, kebangsaan, dan budaya yang berkelindan dalam satu ruang. Acara diselenggarakan bertepatan dengan Hari Lahir Pancasila.

Momen ini sekaligus menjadi penanda ulang tahun Gerakan Pemuda (GP) Ansor NU Jerman dan hari bahagia Mustasyar PCINU Jerman Ibrahim Fernandin. Tempat baru ini direncanakan menjadi rumah dakwah, ibadah, dan pendidikan bagi komunitas Nahdliyin di Berlin dan sekitarnya.

Acara dimulai dengan shalat zuhur berjamaah, dilanjutkan pembukaan yang khidmat. Suasana berubah haru ketika lagu kebangsaan Indonesia Raya dikumandangkan, disusul dengan pembacaan Ya Lal Wathan, mars Nahdlatul Ulama yang membangkitkan semangat cinta tanah air dan agama. Jamaah yang hadir, mulai dari mahasiswa, pekerja, hingga keluarga diaspora, larut dalam pembacaan Maulid Simtudurrar, shalawat, dan marawis khas Nusantara. Lantunan Mabruk Alfa Mabruk turut menggema sebagai bentuk syukur atas milad Panglima Banser NU Jerman yang juga menjadi pembina Walisongo Zentrum Berlin.

Dalam mauizah hasanah, Habib Muhammad Husein Al-Kaff mengajak jamaah menyelami keutamaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.

 “Hadirlah dalam amal ibadah kita. Tidak hanya secara fisik, tapi hadir secara rohani, dalam shalat, zikir, juga dalam menjaga hubungan dengan sesama manusia,” katanya.

Ia mengingatkan bahwa rasa syukur atas tempat baru ini harus diwujudkan dalam bentuk konkret.

“Jangan jadikan tempat ini ajang perbincangan politik, tapi tempat menyebut nama Allah, memuji Rasul, dan menebar hikmah,” pesannya.

Di penghujung acara, para hadirin berdiri membacakan Pancasila dengan khidmat. Lima sila dibacakan bersama-sama, sebagai pengingat bahwa di tanah rantau, Pancasila bukan sekadar dasar negara, melainkan simbol pemersatu bangsa dan penjaga harmoni Islam Nusantara.

Mustasyar NU Jerman dan penasehat Walisongo Zentrum Berlin (WZB), Yoktri menyampaikan syukur kepada Allah dan terima kasih kepada para tamu yang hadir.

 “Dengan segala kesederhanaan tempat ini, kami hanya berharap bisa meneruskan setetes perjuangan para muassis NU, dan strategi dakwah Walisongo—yang lemah lembut tapi menghunjam,” harapnya.

Walisongo Zentrum Berlin kini resmi berdiri, bukan sekadar sebagai ruang fisik, melainkan simbol keteguhan spiritual, kecintaan pada Indonesia, dan warisan agung Walisongo yang kembali hidup di jantung Eropa.

Ratusan WNI Rayakan Idul Adha di Jerman
Suasana khidmat dan penuh kehangatan menyelimuti perayaan Idul Adha 1446 H di berbagai kota di Jerman pada Jumat (6/6/2025). Ratusan warga negara Indonesia (WNI) berkumpul untuk melaksanakan Shalat Idul Adha dalam rangkaian acara Gebyar Dzulhijjah 1446 H yang digagas oleh Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Jerman.

Di Kota Düsseldorf, acara terselenggara atas kerja sama PCINU Jerman dengan Nusantara Islamic Center (NUIC), didukung penuh oleh Techbros GmbH, perusahaan teknologi milik pengusaha Muslim Indonesia. Lebih dari 100 jamaah datang dari berbagai penjuru negara bagian North Rhine-Westphalia (NRW), Frankfurt, hingga Coburg.

Ketua LTN PCINU Jerman Muhammad Nida Fadlan bertindak sebagai imam, sementara khutbah disampaikan oleh Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Media Zainul Bahri. Dalam khutbahnya, Prof Media membahas esensi kurban dengan pendekatan kontekstual.

 “Nabi Ibrahim mendapat julukan Khalilullah salah satunya karena kedermawanannya yang luar biasa. Beliau sangat senang menjamu tamu,” ujarnya.

Ia menekankan pentingnya menjadikan syariat sebagai ‘patok’ hidup manusia modern.

“Manusia di zaman modern ini juga harus punya patok. Patok itu adalah syariat Islam yang bersumber dari Al-Qur’an, Hadis, Ijma, dan Qiyas,”

Prof Media juga memperingatkan soal bahaya “kambing-kambing modern” yakni sekularisme, ateisme, dan paham-paham lain yang bisa melepaskan kita dari patokan agama.

 “Bagi bangsa Indonesia, patokan itu juga diperkuat oleh Pancasila,”

Ia menutup khutbah dengan menyinggung pembangunan tanah air melalui kisah Nabi Ibrahim dan Ismail AS yang membangun Ka’bah sebagai simbol membangun negeri yang maju dan aman.

Pelatihan Kepemimpinan Diaspora Muslim Muda

Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) PCINU Jerman dan NUIC menggelar pelatihan Aswaja Youth Leadership Summer Camp pada Jumat (6/6/2025) di kantor pusat Techbros GmbH, Düsseldorf.

Acara ini menghadirkan tiga praktisi profesional Indonesia di Jerman:

Yudhi Rahadian (CEO Techbros GmbH)

Erwin Rizali (Direktur Huawei)

Miftah El Azmi (Project Engineer di Züblin AG)

Mereka berbagi pengalaman tentang integritas, kepemimpinan, dan kontribusi sosial dalam dunia profesional.

Peluncuran Nusantara Islamic Center (NUIC)
Puncak Gebyar Dzulhijjah 1446 H ditandai dengan peluncuran resmi NUIC dalam acara Halal bi Halal pada Sabtu (7/6/2025) yang dihadiri lebih dari 150 masyarakat Indonesia di Düsseldorf.

Tabuhan rebana oleh enam tokoh lintas iman dan sektor menjadi simbol peluncuran:

1. Miftah El Azmi (Ketua PCINU Jerman)

2. Habib Husein Al Kaff (Wakil Rois Syuriah)

3. Antonius Yudi Triantoro (Konjen RI Frankfurt)

4. Yudhi Rahadian (CEO Techbros)

5. Vinsensius Adi Gunawan (Komunitas Katolik Indonesia Köln)

6. Andar Parlindungan Pasaribu (United Evangelical Mission)

NUIC hadir sebagai pusat pengembangan budaya Islam Nusantara dan integrasi sosial diaspora.

“NUIC hadir untuk menjadi wadah pusat pengembangan budaya keislaman dan keindonesiaan,” – Muhammad Nida Fadlan

NUIC dibangun di atas empat pilar:

1. Akidah Ahlussunnah wal Jamaah

2. Moderasi dan keadilan

3. Toleransi

4. Non-partisan

Acara ditutup dengan pembacaan Maulid Simtudduror, qasidah, dan tausiyah dari Gus Muhammad Rodlin Billah.

 “Kita di sini tidak hanya mempererat ukhuwah Islamiyah, tetapi juga ukhuwah wathaniyah,” – Habib Husein Al Kaff