NU Jati Agung

🗓️ Juni 10, 2025   |   ✍️ Redaksi

NU MEDIA JATI AGUNG, – Vasektomi merupakan prosedur medis yang semakin banyak dipilih oleh pria sebagai metode kontrasepsi permanen. Prosedur ini dilakukan dengan memotong atau menutup saluran vas deferens agar sperma tidak mencapai ejakulasi. Meski memiliki tingkat keberhasilan tinggi dalam mencegah kehamilan, dampaknya tidak hanya terbatas pada aspek fisik, tetapi juga berpengaruh terhadap kesehatan mental dan psikologis seseorang.

Uniknya, vasektomi masih menyimpan fleksibilitas, sebab kesuburan pria yang telah menjalani prosedur ini masih mungkin dipulihkan melalui proses yang disebut rekanalisasi. Oleh karena itu, metode kontrasepsi ini tidak serta merta mematikan fungsi reproduksi pria.

Dengan efektivitas yang tinggi, vasektomi sering dianggap sebagai solusi praktis dan aman. Namun, keputusan untuk menjalani prosedur ini tidak boleh dianggap ringan karena dapat berdampak pada kesehatan fisik dan mental. Risiko dapat muncul, baik dari prosedur vasektomi itu sendiri maupun dari obat-obatan yang digunakan dalam proses rekanalisasi.

Secara umum, vasektomi tergolong prosedur dengan risiko komplikasi yang rendah dan tidak memengaruhi fungsi seksual secara signifikan. Namun demikian, beberapa pria dilaporkan mengalami perubahan emosional dan psikologis, seperti perasaan kehilangan kesuburan atau kecemasan terhadap dampak jangka panjang.

Penelitian dari China menunjukkan bahwa dalam jangka panjang, laki-laki dengan kondisi tertentu yang menjalani vasektomi dapat mengalami masalah mental. Faktor-faktor seperti bertambahnya usia, tingkat pendidikan tinggi, dan tinggal di perkotaan turut memengaruhi kondisi ini (Zhao dkk., 2018). Bahkan ada laporan yang mengaitkan vasektomi dengan gejala stres dan depresi (Shaik & Rajkumar, 2014).

Harapan pribadi, tekanan sosial, dan budaya tentang peran pria dalam reproduksi juga berperan besar dalam memengaruhi kesehatan mental pascavasektomi. Meskipun gairah seksual dan fungsi fisik tidak terganggu secara langsung, kecemasan dan perubahan dalam kehidupan seksual tetap bisa dirasakan sebagian pria.

Teori kesehatan holistik dari kedokteran kuno pun turut mengingatkan bahwa air mani memainkan peranan penting dalam kesehatan keseluruhan tubuh. Hippocrates menyatakan bahwa air mani berasal dari sari berbagai organ penting. Maka dari itu, gangguan atau intervensi seperti vasektomi berpotensi memengaruhi keseimbangan tubuh secara holistik (Al-Hafizh adz-Dzahabi, Thibbun Nabawi).

Berbeda dengan prosedur vasektomi yang cepat dan sederhana, rekanalisasi atau pembalikan vasektomi jauh lebih kompleks dan mahal. Studi di Taiwan mencatat bahwa dari 38 pria yang menjalani rekanalisasi, hanya 84,2% yang kembali memiliki sperma dalam air mani, dan hanya 36,8% pasangan yang berhasil hamil dalam setahun (Chiang, 1996). Bahkan dari delapan pasien yang menjalani rekanalisasi ulang, hanya dua yang berhasil hamil (25%).

Prosedur rekanalisasi memerlukan waktu yang lebih lama, biasanya dilakukan di bawah anestesi umum yang berpotensi menimbulkan efek samping seperti mual, konstipasi, dan gangguan pencernaan. Oleh karena itu, meskipun secara teknis bisa dibalikkan, hasil dari rekanalisasi tidak menjamin keberhasilan sepenuhnya dan tidak selalu mengembalikan kesuburan seperti sedia kala.

Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa vasektomi bukanlah pilihan yang bisa diambil dengan tergesa-gesa, apalagi jika wacana penerapannya hendak diberlakukan secara massal. Kajian menyeluruh dari sudut pandang kesehatan, psikologi, sosial, bahkan keagamaan, sangat diperlukan. Tak heran jika para ulama pun sangat hati-hati dalam menyikapi isu ini karena berkaitan erat dengan konsep menjaga jiwa (ḥifẓ al-nafs) dalam ajaran Islam.

Vasektomi bisa menjadi solusi kontrasepsi permanen bagi pria yang telah mantap tidak ingin memiliki anak di masa depan. Namun, penting untuk memahami dampak dan risiko secara menyeluruh, termasuk dari sisi farmakologis, psikologis, dan spiritual. Keputusan untuk menjalani vasektomi sebaiknya dibuat secara bijak dan berdasarkan informasi yang utuh dan akurat.