NU MEDIA JATI AGUNG

MWCNU JATI AGUNG
NU MEDIA JATI AGUNG
Edisi
Advetorial
Opini
Donasi
🗓️ 29, Agustus 2025   |   ✍️ Ahmad Royani, S.H.I

Peran KH As’ad Syamsul Arifin dalam Pendirian NU

NU MEDIA JATI AGUNG, – Salah satu riwayat awal berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) tidak lepas dari peran penting KH Raden As’ad Syamsul Arifin. Beliau menjadi wasilah pendirian NU ketika Hadratussyekh KH Muhammad Hasyim Asy’ari meminta restu gurunya, KH Cholil Bangkalan.

Santri As’ad saat itu ditugaskan menyampaikan pesan dari KH Cholil Bangkalan kepada KH Hasyim Asy’ari. Peristiwa ini menjadi bukti penting hubungan keilmuan, amanah, dan komitmen seorang santri terhadap gurunya, terlebih di tengah situasi penjajahan.

Dua Amanah dari KH Cholil Bangkalan

Ada dua amanah yang KH As’ad bawa untuk KH Hasyim Asy’ari. Pertama, pada akhir tahun 1924, KH Cholil meminta KH As’ad mengantarkan sebuah tongkat beserta ayat Al-Qur’an Surat Thaha ayat 17–23 tentang mukjizat Nabi Musa.

Kedua, pada akhir 1925, KH Cholil kembali mengutus KH As’ad untuk membawa seuntai tasbih berisi bacaan Asmaul Husna “Ya Jabbar, Ya Qahhar”. Saat menyerahkan tasbih, KH As’ad tetap menjaga amanah dengan tidak menyentuhnya hingga tiba di Tebuireng. KH Hasyim Asy’ari akhirnya memahami amanah tersebut sebagai izin Allah SWT untuk mendirikan jam’iyah Nahdlatul Ulama.

Latar Belakang dan Pendidikan KH As’ad

KH As’ad lahir di Sy’ib, Makkah, pada tahun 1897 M/1315 H dari pasangan KH Syamsul Arifin dan Nyai Hj Siti Maimunah. Ketika berusia enam tahun, ia kembali ke Indonesia bersama orang tuanya.

Pengembaraan Ilmu

Awalnya ia nyantri di Pesantren Banyuanyar, lalu melanjutkan ke Madrasah Shaulatiyah di Makkah. Di sana, ia berguru kepada ulama terkemuka seperti Sayyid Abbas al-Maliki. Setelah kembali ke tanah air, ia memperdalam ilmu kepada KH Nawawi (Sidogiri), KH Khazin (Panji Siwalan), KH Cholil Bangkalan, dan KH Hasyim Asy’ari.

Mendirikan Pesantren Sukorejo

Pada 1908, KH As’ad bersama ayahnya mendirikan pesantren di Sukorejo, Situbondo. Pesantren kecil itu berkembang menjadi Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, yang kemudian melahirkan Universitas Ibrahimy. Hingga kini, estafet kepemimpinan pesantren diteruskan oleh keturunannya.

Perlawanan terhadap Penjajah

KH As’ad aktif melawan penjajah Belanda dan Jepang. Ia memimpin pelucutan senjata pasukan Jepang di Jember dan ikut mengirim pasukan ke Surabaya pada 10 November 1945.

Mengomando Santri dan Preman

KH As’ad mampu menyatukan santri, pemuda, bahkan preman dalam Laskar Pelopor. Dengan strategi gerilya, pasukan ini berjuang melawan penjajah di wilayah Tapal Kuda.

Ia berpesan:

“Perang itu harus niat menegakkan agama dan ‘arebbuk negere’ (merebut negara). Jangan hanya ‘arebbuk negere’. Kalau hanya mengejar dunia, akhiratnya hilang! Niatlah menegakkan agama dan membela negara sehingga kalau kalian mati, akan mati syahid dan masuk surga!”

Tokoh Khittah NU 1926

KH As’ad berperan penting dalam mengembalikan NU ke Khittah 1926 melalui Munas NU 1983 di Sukorejo. Ia menegaskan pentingnya menjaga kewibawaan ulama dan melestarikan paham Ahlussunnah wal Jamaah sebagai ruh organisasi.

Karya-Karya KH As’ad Syamsul Arifin

Selain berjuang secara fisik, KH As’ad menulis karya di bidang tauhid, fikih, muamalah, hingga sejarah. Beliau meninggalkan sejumlah karya, antara lain:

  • Tsalats Risail, yang membahas akidah Ahlussunnah wal Jamaah.

  • Risalah Shalat Jumat, yang memberikan panduan tentang pelaksanaan shalat Jumat.

  • At-Tajlib al-Barokah fi Fadli as-Sa’yi wa al-Harokah, yang mengulas masalah muamalah.

  • Risalah at-Tauhid, yang mengupas ilmu tauhid dan tasawuf.

  • Tarikh Perjuangan Islam Indonesia, yang menguraikan sejarah dakwah Wali Songo.

  • Isra’ Mi’raj, yang mengkaji perjalanan Nabi Muhammad SAW.

  • Syair Madura, yang berisi syair keagamaan dan perjuangan.

Wafat dan Gelar Pahlawan Nasional

KH As’ad Syamsul Arifin wafat pada 4 Agustus 1990 di Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur, dan dimakamkan di kompleks Pesantren Salafiyah Syafi’iyah.

Atas jasanya, Pemerintah RI menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional pada 9 November 2016 melalui Keputusan Presiden Nomor 90/TK/Tahun 2016.