NU Jati Agung

🗓️ Juli 17, 2025   |   ✍️ Editor

JAKARTA, NU MEDIA JATI AGUNG,  – Menteri Pertanian (Mentan) RI, Andi Amran Sulaiman, mengungkap temuan mengejutkan dalam distribusi beras nasional. Ia menyampaikan bahwa dari hasil pengujian terhadap 268 sampel beras di 10 provinsi utama, ditemukan sebanyak 212 merek yang tidak sesuai standar mutu, harga, maupun volume.

“Kerugian masyarakat itu 99 triliun, hampir 100 triliun. Itu kalau satu tahun. Kalau terjadi dua tahun, tiga tahun, anda estimasi sendiri,” tegas Mentan usai menghadiri rapat dengan Komisi IV DPR RI di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (16/7/2025).

Amran menjelaskan praktik curang ini dilakukan dengan mencampur beras curah berkualitas rendah, lalu dikemas ulang dan dijual seolah-olah sebagai beras premium atau medium. Ia menilai perbuatan ini tidak hanya menyalahi aturan mutu, tetapi juga tergolong penipuan terang-terangan terhadap konsumen.

“Kalau emas 18 karat kemudian ditulis 24 karat lalu dijual dengan harga 24 karat, itu penipuan, bukan? Nah, sama saja ini,” jelasnya lebih lanjut.

Ia memaparkan bahwa penyimpangan ini terdeteksi setelah adanya ketimpangan harga antara petani dan konsumen. Harga gabah di tingkat petani menurun, sementara harga beras di pasaran malah melonjak, yang memunculkan indikasi anomali dalam rantai distribusi.

“Harga gabah dan beras di tingkat petani itu turun, tapi konsumen malah bayar lebih mahal. Ini kami cek dan temukan kejanggalan. Harusnya kalau di petani turun, ke konsumen juga turun,” ujarnya.

Diuji oleh 13 Lab, Diserahkan ke Penegak Hukum

Menurut Amran, data ini diperoleh dari hasil pengujian yang dilakukan oleh 13 laboratorium terakreditasi di seluruh Indonesia. Selanjutnya, data ini sudah disampaikan kepada Kepolisian dan Kejaksaan untuk proses penegakan hukum lebih lanjut.

“Kami sudah bersurat ke Kapolri dan Jaksa Agung. Kami hanya menyampaikan hasil laboratorium,” katanya.

Investigasi yang dilakukan Kementan bersama Satgas Pangan Mabes Polri juga mengonfirmasi bahwa pengoplosan beras telah berlangsung selama dua hingga tiga bulan terakhir. Namun, dugaan kuat menyebut praktik ini telah berjalan lebih lama.

Stok Tertinggi Sepanjang Sejarah, Saatnya Perbaiki Tata Niaga

Amran menegaskan bahwa saat ini Indonesia memiliki cadangan beras mencapai 4 juta ton, yang disebut sebagai jumlah tertinggi dalam sejarah. Menurutnya, kondisi ini menjadi momentum tepat untuk memperbaiki sistem tata niaga beras nasional tanpa mengganggu kestabilan pasokan.

“Kalau stoknya cuma 1 juta ton, ini berbahaya untuk kita bertindak. Tapi sekarang kita punya 4 juta ton. Ini peluang baik,” ucap Amran.

Ia juga memberikan apresiasi kepada beberapa pelaku usaha yang secara sukarela menarik produknya dari pasaran dan menggantinya dengan produk sesuai mutu dan harga eceran tertinggi (HET).

“Di Jawa Timur kami menemukan ada yang sudah menarik produk dan mengganti dengan yang sesuai. Kami ucapkan terima kasih,” kata dia.

Daftar Perusahaan dan Merek Terindikasi Beras Oplosan

Kementan telah merilis secara terbuka sejumlah perusahaan dan merek yang terindikasi melakukan praktik pengoplosan:

1. Food Station Tjipinang Jaya
Merek: Alfamidi Setra Pulen, Beras Premium Setra Ramos, Beras Pulen Wangi, Food Station, Ramos Premium, Setra Pulen, Setra Ramos.

2. Wilmar Group
Merek: Sania, Sofia, Fortune, Siip

3. Belitang Panen Raya (BPR)
Merek: Raja Platinum, Raja Ultima

4. Sentosa Utama Lestari (Japfa Group)
Merek: Ayana

5. PT Unifood Candi Indonesia
Merek: Larisst, Leezaat

6. PT Buyung Poetra Sembada Tbk
Merek: Topi Koki

7. PT Bintang Terang Lestari Abadi
Merek: Elephas Maximus, Slyp Hummer

8. PT Subur Jaya Indotama
Merek: Dua Koki, Beras Subur Jaya

9. CV Bumi Jaya Sejati
Merek: Raja Udang, Kakak Adik

10. PT Jaya Utama Santikah
Merek: Pandan Wangi BMW Citra, Kepala Pandan Wangi, Medium Pandan Wangi

Langkah Lanjut dan Harapan

Amran menegaskan pentingnya evaluasi rutin dan pengawasan berkelanjutan terhadap distribusi pangan nasional. Ia berharap keterlibatan semua pihak dalam menjaga kualitas dan transparansi rantai pasok.

“Tidak mungkin dalam kehidupan ini sempurna 100 persen. Itu hanya milik Allah. Maka kita harus terus mengecek, tidak boleh bosan,” tutup Amran.